Jumat, 10 Februari 2012

Al-Hadist

Definisi Musthola'ah Hadits

HADITS ialah sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Muhammad SAW baik berupa perkataan, perbuatan, pernyataan, taqrir, dan sebagainya.

ATSAR ialah sesuatu yang disandarkan kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW.

TAQRIR ialah keadaan Nabi Muhammad SAW yang mendiamkan, tidak mengadakan sanggahan atau menyetujui apa yang telah dilakukan atau diperkatakan oleh para sahabat di hadapan beliau.

SAHABAT ialah orang yang bertemu Rosulullah SAW dengan pertemuan yang wajar sewaktu beliau masih hidup, dalam keadaan islam lagi beriman dan mati dalam keadaan islam.

TABI'IN ialah orang yang menjumpai sahabat, baik perjumpaan itu lama atau sebentar, dan dalam keadaan beriman dan islam, dan mati dalam keadaan islam.

MATAN ialah lafadz hadits yang diucapkan oleh Nabi Muhammad SAW, atau disebut juga isi hadits.
 

Unsur-Unsur Yang Harus Ada Dalam Menerima Hadits

Rawi
, yaitu orang yang menyampaikan atau menuliskan hadits dalam suatu kitab apa-apa yang pernah didengar dan diterimanya dari seseorang atau gurunya. Perbuatannya menyampaikan hadits tersebut dinamakan merawi atau meriwayatkan hadits dan orangnya disebut perawi hadits.
 

Sistem Penyusun Hadits Dalam Menyebutkan Nama Rawi
  1. As Sab'ah berarti diriwayatkan oleh tujuh perawi, yaitu :
    1. Ahmad
    2. Bukhari
    3. Turmudzi
    4. Nasa'i
    5. Muslim
    6. Abu Dawud
    7. Ibnu Majah
  2. As Sittah berarti diriwayatkan oleh enam perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad
  3. Al Khomsah berarti diriwayatkan oleh lima perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Bukhari dan Muslim
  4. Al Arba'ah berarti diriwayatkan oleh empat perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'a) selain Ahmad, Bukhari dan Muslim.
  5. Ats Tsalasah berarti diriwayatkan oleh tiga perawi yaitu : Semua nama yang tersebut diatas (As Sab'ah) selain Ahmad, Bukhari, Muslim dan Ibnu Majah.
  6. Asy Syaikhon berarti diriwayatkan oleh dua orang perawi yaitu : Bukhari dan Muslim
  7. Al Jama'ah berarti diriwayatkan oleh para perawi yang banyak sekali jumlahnya (lebih dari tujuh perawi / As Sab'ah).
Matnu'l Hadits adalah pembicaraan (kalam) atau materi berita yang berakhir pada sanad yang terakhir. Baik pembicaraan itu sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, sahabat ataupun tabi'in. Baik isi pembicaraan itu tentang perbuatan Nabi, maupun perbuatan sahabat yang tidak disanggah oleh Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .

Sanad atau Thariq adalah jalan yang dapat menghubungkan matnu'l hadits kepada Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam .
 
Gambaran Sanad

Untuk memahami pengertian sanad, dapat digambarkan sebagai berikut: Sabda Rosulullah Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam  didengar oleh sahabat (seorang atau lebih). Sahabat ini (seorang atau lebih) menyampaikan kepada tabi'in (seorang atau lebih), kemudian tabi'in menyampaikan pula kepada orang-orang dibawah generasi mereka. Demikian seterusnya hingga dicatat oleh imam-imam ahli hadits seperti Muslim, Bukhari, Abu Dawud, dll.

Contoh:
Waktu meriwayatkan hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam, Bukhari berkata hadits ini diucapkan kepada saya oleh A, dan A berkata diucapkan kepada saya oleh B, dan B berkata diucapkan kepada saya oleh C, dan C berkata diucapkan kepada saya oleh D, dan D berkata diucapkan kepada saya oleh Nabi Muhammad.

Awal Sanad dan akhir Sanad

Menurut istilah ahli hadits, sanad itu ada permulaannya (awal) dan ada kesudahannya (akhir). Seperti contoh diatas yang disebut awal sanad adalah A dan akhir sanad adalah D.

Klasifikasi Hadits

Klasifikasi hadits menurut dapat (diterima) atau ditolaknya hadits sebagai hujjah (dasar hukum) adalah:
  1. Hadits Shohih, adalah hadits yang  diriwayatkan oleh rawi yang adil, sempurna ingatan, sanadnya bersambung, tidak ber illat dan tidak janggal. Illat hadits yang dimaksud adalah suatu penyakit yang samar-samar yang dapat menodai keshohihan suatu hadits.
  2. Hadits Makbul adalah hadits-hadits yang mempunyai sifat-sifat yang dapat diterima sebagai Hujjah. Yang termasuk hadits makbul adalah Hadits Shohih dan Hadits Hasan.
  3. Hadits Hasan adalah hadits yang diriwayatkan oleh Rawi yang adil, tapi tidak begitu kuat ingatannya (hafalan), bersambung sanadnya, dan tidak terdapat illat serta kejanggalan pada matannya. Hadits Hasan termasuk hadits yang Makbul, biasanya dibuat hujjah buat sesuatu hal yang tidak terlalu berat atau terlalu penting.
  4. Hadits Dhoif adalah hadits yang kehilangan satu syarat atau lebih dari syarat-syarat hadits shohih atau hadits hasan. Hadits Dhoif banyak macam ragamnya dan mempunyai perbedaan derajat satu sama lain, disebabkan banyak atau sedikitnya syarat-syarat hadits shohih atau hasan yang tidak dipenuhinya.
     
Syarat-syarat Hadits Shohih

Suatu hadits dapat dinilai shohih apabila telah memenuhi 5 Syarat :
  • Rawinya bersifat Adil
  • Sempurna ingatan
  • Sanadnya tidak terputus
  • Hadits itu tidak berillat dan
  • Hadits itu tidak janggal
Arti Adil dalam periwayatan, seorang rawi harus memenuhi 4 syarat untuk dinilai adil, yaitu :
  • Selalu memelihara perbuatan taat dan menjahui perbuatan maksiat.
  • Menjauhi dosa-dosa kecil yang dapat menodai agama dan sopan santun.
  • Tidak melakukan perkara-perkara Mubah yang dapat menggugurkan iman kepada kadar dan mengakibatkan penyesalan.
  • Tidak mengikuti pendapat salah satu madzhab yang bertentangan dengan dasar Syara'.

Klasifikasi Hadits Dhoif berdasarkan kecacatan perawinya
  • Hadits Maudhu': adalah hadits yang diciptakan oleh seorang pendusta yang ciptaan itu mereka katakan bahwa itu adalah sabda Nabi SAW, baik hal itu disengaja maupun tidak.
  • Hadits Matruk: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang dituduh dusta dalam perhaditsan.
  • Hadits Munkar: adalah hadits yang menyendiri dalam periwayatan, yang diriwayatkan oleh orang yang banyak kesalahannya, banyak kelengahannya atau jelas kefasiqkannya yang bukan karena dusta. Di dalam satu jurusan jika ada hadits yang diriwayatkan oleh dua hadits lemah yang berlawanan, misal yang satu lemah sanadnya, sedang yang satunya lagi lebih lemah sanadnya, maka yang lemah sanadnya dinamakan hadits Ma'ruf dan yang lebih lemah dinamakan hadits Munkar.
  • Hadits Mu'allal (Ma'lul, Mu'all): adalah hadits yang tampaknya baik, namun setelah diadakan suatu penelitian dan penyelidikan ternyata ada cacatnya. Hal ini terjadi karena salah sangka dari rawinya dengan menganggap bahwa sanadnya bersambung, padahal tidak. Hal ini hanya bisa diketahui oleh orang-orang yang ahli hadits.
  • Hadits Mudraj (saduran): adalah hadits yang disadur dengan sesuatu yang bukan hadits atas perkiraan bahwa saduran itu termasuk hadits.
  • Hadits Maqlub: adalah hadits yang terjadi mukhalafah (menyalahi hadits lain), disebabkan mendahului atau mengakhirkan.
  • Hadits Mudltharrib: adalah hadits yang menyalahi dengan hadits lain terjadi dengan pergantian pada satu segi yang saling dapat bertahan, dengan tidak ada yang dapat ditarjihkan (dikumpulkan).
  • Hadits Muharraf: adalah hadits yang menyalahi hadits lain terjadi disebabkan karena perubahan Syakal kata, dengan masih tetapnya bentuk tulisannya.
  • Hadits Mushahhaf: adalah hadits yang mukhalafahnya karena perubahan titik kata, sedang bentuk tulisannya tidak berubah.
  • Hadits Mubham: adalah hadits yang didalam matan atau sanadnya terdapat seorang rawi yang tidak dijelaskan apakah ia laki-laki atau perempuan.
  • Hadits Syadz (kejanggalan): adalah hadits yang diriwayatkan oleh seorang yang makbul (tsiqah) menyalahi riwayat yang lebih rajih, lantaran mempunyai kelebihan kedlabithan atau banyaknya sanad atau lain sebagainya, dari segi pentarjihan.
  • Hadits Mukhtalith: adalah hadits yang rawinya buruk hafalannya, disebabkan sudah lanjut usia, tertimpa bahaya, terbakar atau hilang kitab-kitabnya.
Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan gugurnya rawi
  • Hadits Muallaq: adalah hadits yang gugur (inqitha') rawinya seorang atau lebih dari awal sanad.
  • Hadits Mursal: adalah hadits yang gugur dari akhir sanadnya, seseorang setelah tabi'in.
  • Hadits Mudallas: adalah hadits yang diriwayatkan menurut cara yang diperkirakan, bahwa hadits itu tiada bernoda. Rawi yang berbuat demikian disebut Mudallis.
  • Hadits Munqathi': adalah hadits yang gugur rawinya sebelum sahabat, disatu tempat, atau gugur dua orang pada dua tempat dalam keadaan tidak berturut-turut.
  • Hadits Mu'dlal: adalah hadits yang gugur rawi-rawinya, dua orang atau lebih berturut turut, baik sahabat bersama tabi'in, tabi'in bersama tabi'it tabi'in, maupun dua orang sebelum sahabat dan tabi'in.
Klasifikasi hadits Dhoif berdasarkan sifat matannya
  • Hadits Mauquf: adalah hadits yang hanya disandarkan kepada sahabat saja, baik yang disandarkan itu perkataan atau perbuatan dan baik sanadnya bersambung atau terputus.
  • Hadits Maqthu': adalah perkataan atau perbuatan yang berasal dari seorang tabi'in serta di mauqufkan padanya, baik sanadnya bersambung atau tidak.

Apakah Boleh Berhujjah dengan hadits Dhoif ?
Para ulama sepakat melarang meriwayatkan hadits dhoif yang maudhu' tanpa menyebutkan kemaudhu'annya. Adapun kalau hadits dhoif itu bukan hadits maudhu' maka diperselisihkan tentang boleh atau tidaknya diriwayatkan untuk berhujjah. Berikut ini pendapat yang ada yaitu:
Pendapat Pertama Melarang secara mutlak meriwayatkan segala macam hadits dhoif, baik untuk menetapkan hukum, maupun untuk memberi sugesti amalan utama. Pendapat ini dipertahankan oleh Abu Bakar Ibnul 'Araby.

Pendapat Kedua Membolehkan, kendatipun dengan melepas sanadnya dan tanpa menerangkan sebab-sebab kelemahannya, untuk memberi sugesti, menerangkan keutamaan amal (fadla'ilul a'mal  dan cerita-cerita, bukan untuk menetapkan hukum-hukum syariat, seperti halal dan haram, dan bukan untuk menetapkan aqidah-aqidah).
Para imam seperti Ahmad bin hambal, Abdullah bin al Mubarak berkata: "Apabila kami meriwayatkan hadits tentang halal, haram dan hukum-hukum, kami perkeras sanadnya dan kami kritik rawi-rawinya. Tetapi bila kami meriwayatkan tentang keutamaan, pahala dan siksa kami permudah dan kami perlunak rawi-rawinya."

Karena itu, Ibnu Hajar Al Asqalany termasuk ahli hadits yang membolehkan berhujjah dengan hadits dhoif untuk fadla'ilul amal. Ia memberikan 3 syarat dalam hal meriwayatkan hadits dhoif, yaitu:
  1. Hadits dhoif itu tidak keterlaluan. Oleh karena itu, untuk hadits-hadits dhoif yang disebabkan rawinya pendusta, tertuduh dusta, dan banyak salah, tidak dapat dibuat hujjah kendatipun untuk fadla'ilul amal.
  2. Dasar amal yang ditunjuk oleh hadits dhoif tersebut, masih dibawah satu dasar yang dibenarkan oleh hadits yang dapat diamalkan (shahih dan hasan)
  3. Dalam mengamalkannya tidak mengitikadkan atau menekankan bahwa hadits tersebut benar-benar bersumber kepada nabi, tetapi tujuan mengamalkannya hanya semata mata untuk ikhtiyath (hati-hati) belaka.

Klasifikasi hadits dari segi sedikit atau banyaknya rawi :


[1] Hadits Mutawatir: adalah suatu hadits hasil tanggapan dari panca indra, yang diriwayatkan oleh sejumlah besar rawi, yang menurut adat kebiasaan mustahil mereka berkumpul dan bersepakat dusta.

Syarat syarat hadits mutawatir
  1. Pewartaan yang disampaikan oleh rawi-rawi tersebut harus berdasarkan tanggapan panca indra. Yakni warta yang mereka sampaikan itu harus benar benar hasil pendengaran atau penglihatan mereka sendiri.
  2. Jumlah rawi-rawinya harus mencapai satu ketentuan yang tidak memungkinkan mereka bersepakat bohong/dusta.
  3. Adanya keseimbangan jumlah antara rawi-rawi dalam lapisan pertama dengan jumlah rawi-rawi pada lapisan berikutnya. Kalau suatu hadits diriwayatkan oleh 5 sahabat maka harus pula diriwayatkan oleh 5 tabi'in demikian seterusnya, bila tidak maka tidak bisa dinamakan hadits mutawatir.

[2] Hadits Ahad: adalah hadits yang tidak memenuhi syarat syarat hadits mutawatir.

Klasifikasi hadits Ahad
  1. Hadits Masyhur: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 3 orang rawi atau lebih, serta belum mencapai derajat mutawatir.
  2. Hadits Aziz: adalah hadits yang diriwayatkan oleh 2 orang rawi, walaupun 2 orang rawi tersebut pada satu thabaqah (lapisan) saja, kemudian setelah itu orang-orang meriwayatkannya.
  3. Hadits Gharib: adalah hadits yang dalam sanadnya terdapat seorang yang menyendiri dalam meriwayatkan, dimana saja penyendirian dalam sanad itu terjadi.

Hadits Qudsi atau Hadits Rabbani atau Hadits Ilahi

Adalah sesuatu yang dikabarkan oleh Allah kepada nabiNya dengan melalui ilham atau impian, yang kemudian nabi menyampaikan makna dari ilham atau impian tersebut dengan ungkapan kata beliau sendiri.

Perbedaan Hadits Qudsi dengan hadits Nabawi

Pada hadits qudsi biasanya diberi ciri ciri dengan dibubuhi kalimat-kalimat :
  • Qala ( yaqalu ) Allahu
  • Fima yarwihi 'anillahi Tabaraka wa Ta'ala
  • Lafadz lafadz lain yang semakna dengan apa yang tersebut diatas.
Perbedaan Hadits Qudsi dengan Al-Qur'an:
  • Semua lafadz-lafadz Al-Qur'an adalah mukjizat dan mutawatir, sedang hadits qudsi tidak demikian.
  • Ketentuan hukum yang berlaku bagi Al-Qur'an, tidak berlaku pada hadits qudsi. Seperti larangan menyentuh, membaca pada orang yang berhadats, dll.
  • Setiap huruf yang dibaca dari Al-Qur'an memberikan hak pahala kepada pembacanya.
  • Meriwayatkan Al-Qur'an tidak boleh dengan maknanya saja atau mengganti lafadz sinonimnya, sedang hadits qudsi tidak demikian.

Jumat, 13 Januari 2012

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN AKAR DAN BATANG KECAMBAH JAGUNG

Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah zat pengatur tumbuh atau plant growth regulator. Hormon juga dapat didefinisikan sebagai senyawa non hara, disintesis oleh tumbuhan di suatu bagian tumbuhan tertentu, lalu ditransport atau diedarkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan tenpat hormone tersebut dibutuhkan. Tidak hanya satu jenis hormone saja yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tetapi banyak jenis hormone lain yang berperan dalam pertumbuhan.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman. Hormon–hormon tersebut antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan asam abisat.
1.      Auksin
Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, “meningkatkan” ) pertama kali digunakan oleh Frits Went,seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung koleoptil menuju ptongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan agar.
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fifiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang srukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya daripada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA (Wightman dan Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang ketiga asam indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga hanya merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali zat tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan.
Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan dan barangkali memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil – akhir dari cincin samping triptofan. Ada dua proses lain untuk menyingkirkan IAA yang bersifat merusak. Yang pertama meliputi oksidasi dengan O2 dan hilangnya gugus karboksil sebagai CO2. hasilnya bermacam-macam tapi biasanya yang utama adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA oksidase, dan semuanya atau hampir semuanya sama dengan peroksidase yang berperan dalam lignin.
Selain IAA (asam indol-3-asetat) terdapat pula beberapa jenis auksin yang telah diidentifikasi yaitu Asam Naftalenasetat (NAA), asam indobultirat (IBA), asam 2,4 diklorofenioksi asetat (2,4D) dan asam 2 metil 4 klorofenoksiaetat (MCPA).
2.      Giberelin
Giberelin ditemukan pertama kali di jepang saat mempelajari tumbuhan padi yang tumbuh tinggi secara tidak wajar. Saat ini lebih dari 60 jenis giberelin telah diidentifikasi dari berbagai jamur dan tumbuhan, tetapi tidak satu pun yang mengandung lebih dari 15 macam giberelin dalam satu individu, bahkan beberapa spesies hanya mengandung beberapa macam giberelin saja. Giberelin diasa disingkat GA, untuk membedakan antara giberelin satu dengan yang lainnya digunakan tanda GA1, GA2, GA3 dan seterusnya. Diantara semua jenis hormone giberelin yang ditemukan, hormone giberelin GA­3 merupakan yang paling banyak digunkana dibandingkan hormone giberelin yang lain.

3.      Sitokinin
Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling aktif pada berbagai tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati dan isopentenil adenine. Zeatin ribose merupakan sitokinin yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan. Sitokinin jugan dijumpai pada lumut, diatomae, ganggang coklat dan ganggang merah.Fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan sel.

Penggunaan hormone atau zat tumbuh untuk mengatur pertumbuhan telah dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Seperti menghambat pertunasan pada umbi-umbian, memacu pertumbuhan akar pada proses setek, memepertahankan buah agar tidak lekas gugur atau masak dengan menggunakan hormone auksin serta memperbanyak tumbuhan dengan teknik kultur jaringan dengan menggunakan kombinasi hormone auksi dan sitokinin pada medium penumbuhan.

Rabu, 11 Januari 2012

Puasa Ramadhan

Sabda Nabi, "Apabila kamu sudah melihat bulan sabit (1 Ramadhan), maka berpuasalah. Apabila kamu sudah melihat bulan sabit (1 Syawwal), maka berbukalah (jangan berpuasa)."[4]
Shilah berkata dari Ammar, "Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang meragukan, maka sesungguhnya dia telah melanggar ajaran Abul Qasim (Nabi)."
923. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah pernah berbicara perihal Ramadhan. Beliau bersabda, "Sebulan itu dua puluh sembilan malam. (Dalam satu riwayat: 'Sebulan itu seperti ini dan ini', dan beliau menggenggam ibu jarinya pada kali yang ketiga. Dalam riwayat lain: 'Sebulan itu seperti ini dan seperti ini dan seperti ini', yakni tiga puluh hari. Kemudian beliau bersabda, 'Seperti ini dan seperti ini dan seperti ini", yakni dua puluh sembilan hari. Beliau bersabda sekali tiga puluh hari, dan sekali dua puluh sembilan hari. 6/78). Maka, janganlah kamu berpuasa sehingga kamu melihat bulan sabit (tanggal 1 Ramadhan), dan janganlah kamu berbuka sehingga kamu melihatnya (tanggal 1 Syawal). Jika bulan itu tertutup atasmu, kira-kirakanlah bilangannya (buatlah perhitungan bagi harinya)." (Dan dalam satu riwayat: "Maka, sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban tiga puluh hari.")

924. Abu Hurairah r.a. berkata, "Nabi (Abul Qasim) bersabda, 'Berpuasalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal satu Ramadhan), dan berbukalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal 1 Syawal). Jika bulan itu tertutup atasmu, maka sempurnakanlah bilangan Syaban tiga puluh hari.'"

925. Ummu Salamah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw meng-ila' sebagian istri beliau (dalam satu riwayat: bersumpah tidak akan mencampuri sebagian istri beliau 6/152) selama satu bulan. Ketika telah lewat dua puluh sembilan hari, beliau pergi kepada mereka pada waktu pagi atau sore. Maka, dikatakan kepada beliau, "(Wahai Nabiyyullah), sesungguhnya engkau bersumpah tidak akan memasuki (mereka) selama satu bulan?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya satu bulan itu dua puluh sembilan hari."

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA JAMUR KAYU EDIBEL

Jamur Tiram, Kuping, Shittake dan lain-lain merupakan jenis jamur kayu edibel yang sering dibudidayakan saat ini. Budidaya jamur kayu edibel sebagai penambah ekonomi keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan (lahan tidak subur) dan pemanfatan tenaga keluarga sebagai (tidak langsung) pekerja. Lain dari itu jamur berfungsi sebagai individu pendaur ulang limbah serbuk kayu gergajian (selanjutnya disebut serbuk kayu) atau semua bahan limbah yang masih mengandung senyawa lignoselulotik seperti kulit kacang tanah, sepah tebu, jerami, seresah daun, tongkol jagung, buangan dahan atau pohon yang telah mati di hutan dan lain-lain.
Di Indonesia sumber tenaga kerja, sumber daya alam (pekarangan) di pedesaan dan limbah ligno-selulotik tersedia dalam jumlah yang cukup. Lain dari itu secara topografi Indonesia memiliki banyak dataran tinggi yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi dengan temperatur udara yang rendah. Keadaan yang demikian ditambah dengan adanya 2 musim (musim panas dan hujan) tanpa disertai musim salju seperti halnya di negara 4 musim sehingga memberikan kesempatan yang amat baik bagi semua masyarakat Indonesia untuk melakukan budidaya jamur sepanjang tahun.

Beberapa hal penting dalam budidaya jamur kayu edibel, yaitu:
1.        Syarat Tumbuh
Jamur kayu biasanya menghendaki temperatur lingkungan berkisar antara 24o - 26oC dengan  kelembaban udara berkisar RH 80-90%. Untuk itu ketinggian tempat berkisar antara 600-1000 meter dari permukaan laut atau lebih. Lain dari itu kecepatan angin rata-rata harus relatif lambat, karena ini akan berpengaruh langsung terhadap penurunan kelembaban di tempat itu.

2.        Bibit Jamur
Bibit jamur kayu yang akan dibudidayakan sebaiknya diperoleh dari perusahaan yang memang mengembangkan jamur kayu edibel. Ini untuk menghindari bibit yang meragukan, terutama karena ada jenis jamur yang beracun. Biasanya bibit yang diinokulasikan ke polybag ada dalam tahap F3.

a.      Tata Cara Pembuatan Bibit F1, F2, dan F3
            Untuk membuat bibit F1 diperlukan media Potato Dextrose Agar (PDA) atau Potato Dextrose Yeast Agar (PYDA).
Komposisi PDA saebagai berikut:
300 g kentang; 20 – 30g Dextrose atau dapat diganti dengan gula pasir; Agar serbuk tanpa warna sebanyak 12g atau 1,5 batang agar.

Cara Pembuatan PDA
300g kentang dikupas kulit dan potong kecil, antara 0,5 – 1 cm2 direbus dalam air 1 liter (untuk ini volume air jangan berkurang). Perebusan dilakukan sampai kentang menjadi lunak. Selanjutnya, saring air kentang ditambah agar dan gula, kemudian panaskan lagi hingga agar benar-benar larut. Kini isi PDA tadi kedalam botol bekas saos kira-kira 30 ml atau tabung reaksi kira-kira 5 ml. Tutup dengan kapas atau sumbat karet lalu disterilisasi menggunakan autoklaf.

Penggunaan Autoklaf
Autoklaf sebenarnya kukusan tetapi bertekanan dan dilengkapi dengan manometer (untuk mengetahui besar tekanan uap air di dalamnya). Selain itu disertai dua buah klep (valve). Satu klep berfungsi sebagai safety valve/klep pengaman (supaya tidak meledak bila pemakai lengah sehingga tekanan melebihi batas yang telah diatur/diinginkan sesuai kemampuan alai ini) dan satu lagi berfungsi untuk exhaust valve/pengeluaran.
Seperti halnya kukusan, autoklaf harus diisi air sampai batas tertentu kemudian media yang akan disterilkan dimasukkan ke dalamnya. Jika jarum penunjuk manometer mencapai angka 1,5 bar atau 1,4 kg/cm2; atau 15 psi atau 15 lbs (pounds), kini mulai menghitung waktu sterilisasi. Bila isi botol atau tabung reaksi yang disterilisasi itu media PDA, maka waktu sterilisasi cukup 25 – 30 menit. Bila isi botol yang disterilisasi berupa bibit F2, yaitu serbuk kayu, maka waktu sterilisasi ditambah hingga 35 – 40 menit. Setelah waktu tersebut, api/kompor dimatikan.
Walaupun api/kompor sudah dimatikan, jangan terburu-buru membuka tutup autoklaf. Tunggu sampai jarum manometer menunjukkan angka dibawah 0,5 bar atau 0,5 psi baru klep pengeluaran dibuka. Bila jarum manometer menunjukkan angka NOL klep pengeluaran dibuka dan baru sekrup penutup autoklaf dibuka.
Selanjutnya tabung reaksi/botol yang berisi media PDA segera dimiringkan supaya media tersebut membeku dalam posisi miring. Kini media PDA untuk F1 siap untuk digunakan.

Membuat bibit F1
Untuk membuat bibit F1 perlu membuat cetakan spora (spore print). Jamur yang cukup tua diletakkan diatas kertas atau plastik yang telah diolesi media. Spora yang jatuh ke permukaan media diatas kertas/plastik tersebut akan membuat cetakan spora (mirip sidik jari). Jika spora sudah disterilisasi dapat ditanam pada media PDA sehingga tumbuh miselium. Ini artinya bibit F1 sudah tersedia.
Membuat bibit F2 dan F3
Media untuk bibit F2, F3, dan polybag sama, yaitu terdiri dari serbuk kayu gergajian 80%; bekatul 20%; CaCO3 1%; RH 60 – 65%, Ph 6,8-7,2 (diatur dengan CaCO3 atau CaO). Campuran ini diatur kelembabannya berkisar antara 60-65%, yaitu dengan penambahan air. Walaupun demikian ada juga yang menambah campuran tadi dengan bahan lain seperti ure, KH2PO4, dan lain-lain.
Proses sterilisasinya sama dengan sterilisasi F1, yaitu menggunakan autoklaf hanya saja waktu sterilisasinya perlu ditambah  5 – 10 menit karena serbuk kayu bersifat isolator (jadi tidak mudah untuk menyalurkan panas). Biasanya bibit F1 yang diinokulasikan/dimasukkan untuk starter F2 tidak banyak, yaitu sekitar 1 cm2. Bila inokulasi ini berhasil, maka dalam 2 minngu seluruh permukaan media F2 dalam botol bekas saos akan dipenuhi miselium. Kalau keadaan bibit F2 sudah benar-benarpenuh miselium, maka tiba saatnya untuk membuat bibit F3.
Media bibit F3 komposisinya sama dengan F2. Sekitar 1 sendok teh F2 diinokulasikan ke media F3 secara aseptik. Bila dalam dua minggu miselium sudah memenuhi seluruh permukaan media bibit F3, maka saatnya dilakukan inokulasi ke dalam polybag.
Untuk polybag dengan berat sekitar 1 kg dan ukuran kanting plastik 28 x 15 cm, memerlukan waktu 1-2 bulan untuk siap bereproduksi tetapi waktu ini sangat bergantung pada jenis dan keadaan lingkungan. Kesiapan untuk bereproduksi ditunjukkan dengan penuhnya miselium di seluruh permukaan polybag.
Perlu diingat, bahwa kantong plastik yang digunakan untuk mengemas media dalam polybag (juga disebut dengan nama baglog) terbuat dari plastik jenis Poly Propilene (PP) dengan ketebalan # 0,05 mm atau lebih. Jika sterilisasi polybag yang dibuat mempunyai volume atau berat polybag lebih berat dari 1 kg, maka waktu sterilisasi harus diperpanjang. Untuk skala industri rumah tangga, biasanya digunakan drum bekas oli. Dengan alat sterilisasi seperti ini sterilisasi polybag harus menggunakan waktu yang lebih lama, biasanya sekitar 5 – 8 jam dalam keadaan mendidih. Sebab itu waktu dilakukan sterilisasiair di dalam drum jangan sampai habis karena plastik dan serbuk kayu akan terbakar. Jika kompor/api sudah dimatikan jangan terburu-buru mengeluarkan polybag, melainkan biarkan dulu sampai temperatur agak turun (hangat).

3.    Penanaman Bibit Untuk Memperoleh Tubuh Buah
        Setiap polybag diisi kira-kira sebarat 1,0 kg dan selanjutnya polybag diberi cincin plastik (ring), atau potongan pipa PVC atau potongan ujung bambu dipasang di “mulut” polybag dan ditutup kapas berlemak. Pengisian bibit sebaiknya dilakukan di dalam kondisi aseptik (kalau mungkin ruang disterilisasi menggunakan lampu Ultra Violet Germicides). Tata cara aseptik perlu dilakukan sebaik-baiknya, artinya: tangan dan semua peralatan seperti meja, pinset, termasuk permukaan dan tutup botol dan polybag disucihamakan dengan dilap menggunakan alkohol 90% atau spiritus atau kreolin atau lisol.
        Media tanam yang sudah diisi dengan bibit ini sementara diinkubasi dalam ruang tertentu yang hangat untuk menumbuhkan miselium. Bila faktor kelembaban dan temperatur lingkungan sesuai, maka dalam waktu sekitar 1,5 – 2 bulan miselium akan memenuhi media dalam polybag tersebut. Bila media tanam dalam polybag sudah dipenuhi miselium, maka polybag yang berisi media tersebut dipindahkan ke kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah.

4.    Budidaya untuk produksi tubuh buah
    Kumbung produksi sebaiknya tidak dibangun berdekatan dengan kandang hewan. Kumbung produksi harus memenuhi beberapa ketentuan seperti faktor temperatur, kelembaban, cahaya, dan lain-lain. Untuk memperbaiki kelembaban di dalam kumbung produksi, semua bagian dalam dinding dan atap harus dilapisi dengan plastik. Walaupun demikian jendela harus tetap ada terutama di bagian atas dan dasar sekeliling dinding. Adanya jendela ini akan berperan secara langsung terhadap temperatur dan kelembaban di dalam kumbung. Selain itu dengan adanya jendela yang dibuka pada malam hari tetapi semua jendela ditutup waktu siang akan membantu proses perkawinan miselium sehingga membentuk tubuh buah. Fluktuasi temperatur antara siang dan malam akan mempengaruhi terbentuknya tubuh buah. Selain itu sebelum polybag disusun dalam kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah, maka kumbung perlu difumigasi dengan uap formalin ditambah KmnO4 (kalium permanganat), atau pestisida lainnya. Lantai kumbung mulai ditaburi kapur dan penaburan kapur ini diulang setiap bulan. Sebab itu sebaiknya lantai kumbung terbuat dari batu bata yang ditata sedemikian rupa tanpa disemen. Ini akan membantu pengaturan kelembaban udara dalam kumbung.

Jamur Tiram
a.    Jamur Tiram Putih
                           Untuk Tiram Putih, polybag disusun vertikal pada rak bambu atau kayu.
      Setelah miselium memenuhi seluruh permukaan polybag, umumnya akan ada tubuh buah yang “nyelonong” melalui kapas penutp polybag. Selanjutnya plastik polybag dibawah ring dipotong melingkar sehingga permukaan media terbuka. Nantinya tubuh buah jamur tiram putih akan bermunculan dari bagian yang terbuka ini.
     Untuk memanen tubuh buah jamur tiram putih cukup dicabut saja dari media dan bagian pangkal tubuh buah (bungkil) dipotong.

b.    Jamur Tiram Coklat
           Seperti halnya jamur tiram putih, bila sudah waktunya bereproduksi, biasanya akan ada tubuh buah yang “nyelonong”. Ini pertanda, bahwa produksi akan segera mulai. Khusus ini jamur tiram coklat plastik tidak perlu dipotong dan ring tidak dilepas!
     Disini ring berfungsi sebagai penyangga sehingga tubuh buah jamur tidak mudah rontok. Proses pemanenan sama dengan jamur tiram putih.

c.    Jamur Kuping
Pemindahan dan penyusunan polybag jamur kuping ke dalam kumbung produksi dilakukan bila miselium sudah tumbuh hingga 2/3 panjang polybag. Bila polybag sudah tersusun rapi, maka plastik di dekat ring di ‘silet’ seperti tanda silang (X) dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm. Sejak dilakukan penyiletandi dekat ring, maka penyemprotan (gunakan sprayer) boleh diarahkan langsung mengenai polybag (untuk Jamur Kuping dan Tiram) dilakukan 1-3 kali sehari di musim kemarau. Di musim hujan cukup sekali sehari. Penyemprotan ini disesuaikan dengan kebutuhan kelembaban, temperatur, dan akan kebih baik, bila penyemprotan diarahkan ke lantai. Setelah 5 – 7 hari penyiletan plastik polybag, maka tunas tubuh buah mulai muncul. Jika bagian tepi jamur kuping sudah menipis, maka pemanenan dapat dilakukan dengan mencabutnya. Bagian pangkal dipotong seperti jamur tiram.
Untuk jamur tram maupun jamur kuping dapat langsung dipasarkan atau dikonsumsi (dimasak). Khusus jamur kuping banyak dilakukan pengeringan dengan jalan mencucinya lebih dulu kemudian dijemur selama 3 – 4 hari (bila cuaca cerah).
Pencucian dan penjemuran yang baik akan menghasilkan permukaan jamur kuping yang berwarna hitam itu mengkilap.

d.   Jamur Shittake
Polybag jamur Shittake umumnya diletakkan vertikal seperti pada jamur tiram putih. Bila seluruh permukaan sudah coklat tua akan diikuti dengan timbulnya benjolan-benjolan seperti bisul. Kini tiba saatnya untuk melepas ring tanpa membuang kapas penutup polybag. Setelah 3 – 4 hari kapas dibuang dan dibiarkan lagi 1 – 2 hari. Selanjutnya plastik di permukaan atas sekeliling bekas tempat ring dipotong dan media yang sebagian plastiknya terbuka, kemudian dibalik tetapi tetap letakkan di rak bambu/kayu. Penyiraman dengan cara penyemprotan air selama polybag dibalik boleh dikenakan ke permukaan polybag. Ini dilakukan satu kali dalam sehari saja selebihnya diarahkan ke lantai kumbung. Setelah 4 – 5 hari dibalik, kini polybag dibalik lagi seperti semula tetapi pembalikan ini disertai kejutan mekanik dengan jalan menepuk/mengetuk bagian dasar polybag. Kini penyemprotan hanya ditujukan ke permukaan lantai. Bila tubuh buah sudah muncul, pemanenan biasanya dilakukan sebelum “payung” mekar penuh (unpeel). Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal tangkai tubuh buah dekat media tanam (tidak dicabut seperti jamur tiram atau jamur kuping). Umumnya tangkai dipotong pendek dekat payung. Potongan tangkai ini di pasaran disebut kaki jamur. Baik payung dan kaki jamur dapat dijual segar maupun dikeringkan.
5.    Pembuatan LOGWOODS
Sesuai melalui pembuatan bag logs budidaya jamur dapat juga dilakukan dengan cara membuat log wood. Teknik ini sebenarnya lebih menguntungkan karena yang digunakan sebagai media ialah batng kayu yang sudah lama mati dan tidak memerlukan proses sterilisasi media seperti pada pembuatan bag log. Di sini faktor yang terpenting, ialah atap (peneduh) dan penyiraman yang baik. Untuk mengurangi faktor angin yang ikut mengurangi produksi dapat diatasi dengan menanam pohon pelindung seperti bambu di sekitar “kumbung”.
6.    Kontaminasi pada polybag
                           Kontaminasi pada media dalam dalam polybag akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan perkembangan miselium. Biasanya ditunjukkan dengan timbulnya warna hitam, kuning, nila atau hijau pada media di dalam polybag sehingga tubuh buah tidak mungkin keluar dari bagian ini.
                          Ada beberapa sumber yang menyebabkan terjadinya kontaminasi, antara lain:
a.    Proses sterilisasi media dalam polybag yang tidak sempurna.
b.    Saat mengisi bibit F3 tidak aseptik.
c.    Plastik polybag yang cacat/berlubang sehingga spora jamur, miko atau bakteri, bahkan kutu dapat menyelundup masuk ke media.
d.   Kontaminasi pada kapas penutup polybag berada di dalam kumbung inkubasi. Oleh sebab itu seringkali saat polybag diinkubasi perlu disemprot dengan campuran kreolin (sabun ditambah dengan fenol kristal) atau disemprot dengan perasan kunyit.
e.    Kualitas/kebersihan air untuk penyiraman di dalam kumbung produksi perlu diperhatikan.

7.    Upaya mengatasi hama
Untuk mengatasi hama yang muncul jangan sekali-kali menggunakan fungisida atau insektisida sintetik karena akan meninggalkan residu kimia yang dapat menurunkan produksi dan berbahaya bagi kesehatan konsumen. Sebagai jalan keluar ialah menjaga kebersihan lingkungan, baik diluar kumbung maupun di dalam kumbung. Insektisida alami (nabati) banyak yang efektif untuk memberantas hama. Misalnya, perasan daun/biji pohon nimba (Azadirachta indica); daun pegagan (Centella asiatica); daun tembakau (Nicotina tabaccum); umbi gadung (Dioscorea sp) an lain-lain.
Hama yang banyak dijumpai dalam memproduksi jamur, antara lain:
a.    Hama penggerek berupa ulat yang nantinya akan bermetemorfosa menjadi lalat atau sejenis kutu (Jawa: kepik berwarna hitam).
b.    Siput tanpa cangkang.
c.    Ulat Kilan (Jawa: ular gagak) berwarna hitam, jika berjalan tubuhnya membentuk huruf U terbalik.
d.   Sejenis lalat buah yang berwarna hitam.
e.    Tikus, reyap, dll.

Pemberian kapur di bagian luar dinding kumbung dan lantai di dalam kumbung amat membantu mempertahankan sanitasi kumbung produksi. Untuk mencegah rayap, maka kayu atau bambu sebagai bahan bangunan kumbung perlu diolesi oli bekas (boleh dicampur minyak tanah). Masalahnya media di dalam polybag juga berupa kayu yang amat disukai rayap. Pada kaki rak bambu/kayu akan lebih baik kalau dililit dengan sedikit kain bekas yang diberi oli dan minyak tanah.
8.    Jamur Beracun
           Teknik mendeteksi toad tools (JAMUR YANG DIDUGA BERACUN) dengan analisis kimia mengandung:
a.    Warna tudung/payung mencolok.
b.    Senyawa Cholin.
c.    Senya Mustardin.
d.   Tumbuh di tempat kotor.
e.    Berbau H2S (telur busuk).
f.     Berbau CH3 (seperti gas elpiji).
g.    Jika dimasak berubah warna, jika demikian JANGAN dimakan !!!
h.    Jika jamur beracun dimasak kemudian ditempelkan pada nasi putih, akan mengubah warna nasi putih tadi. Jika ditempelkan ke perak akan mengubah warna perak menjadi hitam.
i.      Umumnya jamur yang tumbuh dari permukaan tanah 95% mengandung racun.
j.      Pada stipe (tangkai tubuh buah) terdapat cincin kecuali jamur merang.