Jumat, 13 Januari 2012

PENGARUH HORMON TERHADAP PEMANJANGAN JARINGAN AKAR DAN BATANG KECAMBAH JAGUNG

Proses perkembangan dan pertumbuhan bagian tubuh tumbuhan tidak lepas dari pengaruh zat kimia tertentu berupa protein yang disebut hormon. Penggunaan istilah "hormon" sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan; dan, sebagaimana pada hewan, hormon juga dihasilkan dalam jumlah yang sangat sedikit di dalam sel. Beberapa ahli berkeberatan dengan istilah ini karena fungsi beberapa hormon tertentu tumbuhan (hormon endogen, dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan) dapat diganti dengan pemberian zat-zat tertentu dari luar, misalnya dengan penyemprotan (hormon eksogen, diberikan dari luar sistem individu). Para ilmuwan sendiri lebih sering menggunakan istilah zat pengatur tumbuh atau plant growth regulator. Hormon juga dapat didefinisikan sebagai senyawa non hara, disintesis oleh tumbuhan di suatu bagian tumbuhan tertentu, lalu ditransport atau diedarkan ke seluruh bagian tubuh tumbuhan tenpat hormone tersebut dibutuhkan. Tidak hanya satu jenis hormone saja yang berpengaruh terhadap proses pertumbuhan tetapi banyak jenis hormone lain yang berperan dalam pertumbuhan.
Hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses regulasi genetik dan berfungsi sebagai prekursor. Rangsangan lingkungan memicu terbentuknya hormon tumbuhan. Bila konsentrasi hormon telah mencapai tingkat tertentu, sejumlah gen yang semula tidak aktif akan mulai ekspresi.
Dari sudut pandang evolusi, hormon tumbuhan merupakan bagian dari proses adaptasi dan pertahanan diri tumbuh-tumbuhan untuk mempertahankan kelangsungan hidup jenisnya. Pemahaman terhadap fitohormon pada masa kini telah membantu peningkatan hasil pertanian dengan ditemukannya berbagai macam zat sintetis yang memiliki pengaruh yang sama dengan fitohormon alami. Aplikasi zat pengatur tumbuh dalam pertanian modern mencakup pengamanan hasil (seperti penggunaan cycocel untuk meningkatkan ketahanan tanaman terhadap lingkungan yang kurang mendukung), memperbesar ukuran dan meningkatkan kualitas produk (misalnya dalam teknologi semangka tanpa biji), atau menyeragamkan waktu berbunga (misalnya dalam aplikasi etilena untuk penyeragaman pembungaan tanaman buah musiman. Hormon–hormon tersebut antara lain auksin, giberelin, sitokinin dan asam abisat.
1.      Auksin
Istilah auksin ( dari bahasa Yunani auxien, “meningkatkan” ) pertama kali digunakan oleh Frits Went,seorang mahasiswa pascasarjana di negeri Belanda pada tahun 1926 yang menemukan bahwa suatu senyawa yang belum dapat diketahui mungkin menyebabkan pembengkokan ini, yang disebut fototropisme. Senyawa yang ditemukan Went didapati cukup banyak di ujung koleoptil dan menunjukkan upaya Went untuk menjelaskan hal tersebut. Hal penting yang ingin diperlihatkan bahwa bahan tersebut berdifusi dari ujung koleoptil menuju ptongan kecil agar. Aktivitas auksin dilacak melalui pembengkokan koleoptil yang terjadi akibat terpacunya pemanjangan pada sisi yang ditempeli potongan agar.
Auksin yang ditemukan Went kini diketahui sebagai asam indolasetat (IAA) dan beberapa ahli fifiologi masih menyamakan IAA dengan auksin. Namun, tumbuhan mengandung tiga senyawa lain yang srukturnya mirip dengan IAA dan menyebabkan banyak respon yang sama dengan IAA. Ketiga senyawa tersebut dapat dianggap sebagai hormon auksin. Salah satunya adalah asam 4- kloroindolasetat (4-kloroIAA) yang ditemukan pada biji muda berbagai jenis kacang-kacangan. Yang lainnya asam fenilasetat (PAA) ditemui pada banyak jenis tumbuhan dan sering lebih banyak jumlahnya daripada IAA, walaupun kurang aktif dalam menimbulkan respon khas IAA (Wightman dan Lighty, 1982; Leuba dan Le Torneau, 1990). Yang ketiga asam indobutirat (IBA) yang ditemukan belakangan semula diduga hanya merupakan auksin tiruan yang aktif namun ternyata ditemukan daun jagung dan berbagai jenis tumbuhan dikotil sehingga barangkali zat tersebut tersebar luas pada dunia tumbuhan.
Secara kimia, IAA mirip dengan asam amino triptofan dan barangkali memang disintesis dari triptofan. Ada dua mekanisme sintesis yang dikenal dan keduanya meliputi pengusiran gugus asam amino dan gugus karboksil – akhir dari cincin samping triptofan. Ada dua proses lain untuk menyingkirkan IAA yang bersifat merusak. Yang pertama meliputi oksidasi dengan O2 dan hilangnya gugus karboksil sebagai CO2. hasilnya bermacam-macam tapi biasanya yang utama adalah 3-metilenoksindol. Enzim yang mengkatalisis reaksi ini adalah IAA oksidase. Terdapat beberapa isozim bagi IAA oksidase, dan semuanya atau hampir semuanya sama dengan peroksidase yang berperan dalam lignin.
Selain IAA (asam indol-3-asetat) terdapat pula beberapa jenis auksin yang telah diidentifikasi yaitu Asam Naftalenasetat (NAA), asam indobultirat (IBA), asam 2,4 diklorofenioksi asetat (2,4D) dan asam 2 metil 4 klorofenoksiaetat (MCPA).
2.      Giberelin
Giberelin ditemukan pertama kali di jepang saat mempelajari tumbuhan padi yang tumbuh tinggi secara tidak wajar. Saat ini lebih dari 60 jenis giberelin telah diidentifikasi dari berbagai jamur dan tumbuhan, tetapi tidak satu pun yang mengandung lebih dari 15 macam giberelin dalam satu individu, bahkan beberapa spesies hanya mengandung beberapa macam giberelin saja. Giberelin diasa disingkat GA, untuk membedakan antara giberelin satu dengan yang lainnya digunakan tanda GA1, GA2, GA3 dan seterusnya. Diantara semua jenis hormone giberelin yang ditemukan, hormone giberelin GA­3 merupakan yang paling banyak digunkana dibandingkan hormone giberelin yang lain.

3.      Sitokinin
Sitokinin yang paling banyak dideteksi dan secara fisiologi paling aktif pada berbagai tumbuhan yaitu zeatin, dihidrozeati dan isopentenil adenine. Zeatin ribose merupakan sitokinin yang paling banyak dijumpai pada tumbuhan. Sitokinin jugan dijumpai pada lumut, diatomae, ganggang coklat dan ganggang merah.Fungsi utama sitokinin adalah merangsang pembelahan sel.

Penggunaan hormone atau zat tumbuh untuk mengatur pertumbuhan telah dimanfaatkan dalam kehidupan manusia. Seperti menghambat pertunasan pada umbi-umbian, memacu pertumbuhan akar pada proses setek, memepertahankan buah agar tidak lekas gugur atau masak dengan menggunakan hormone auksin serta memperbanyak tumbuhan dengan teknik kultur jaringan dengan menggunakan kombinasi hormone auksi dan sitokinin pada medium penumbuhan.

Rabu, 11 Januari 2012

Puasa Ramadhan

Sabda Nabi, "Apabila kamu sudah melihat bulan sabit (1 Ramadhan), maka berpuasalah. Apabila kamu sudah melihat bulan sabit (1 Syawwal), maka berbukalah (jangan berpuasa)."[4]
Shilah berkata dari Ammar, "Barangsiapa yang berpuasa pada hari yang meragukan, maka sesungguhnya dia telah melanggar ajaran Abul Qasim (Nabi)."
923. Abdullah bin Umar r.a. mengatakan bahwa Rasulullah pernah berbicara perihal Ramadhan. Beliau bersabda, "Sebulan itu dua puluh sembilan malam. (Dalam satu riwayat: 'Sebulan itu seperti ini dan ini', dan beliau menggenggam ibu jarinya pada kali yang ketiga. Dalam riwayat lain: 'Sebulan itu seperti ini dan seperti ini dan seperti ini', yakni tiga puluh hari. Kemudian beliau bersabda, 'Seperti ini dan seperti ini dan seperti ini", yakni dua puluh sembilan hari. Beliau bersabda sekali tiga puluh hari, dan sekali dua puluh sembilan hari. 6/78). Maka, janganlah kamu berpuasa sehingga kamu melihat bulan sabit (tanggal 1 Ramadhan), dan janganlah kamu berbuka sehingga kamu melihatnya (tanggal 1 Syawal). Jika bulan itu tertutup atasmu, kira-kirakanlah bilangannya (buatlah perhitungan bagi harinya)." (Dan dalam satu riwayat: "Maka, sempurnakanlah hitungan bulan Sya'ban tiga puluh hari.")

924. Abu Hurairah r.a. berkata, "Nabi (Abul Qasim) bersabda, 'Berpuasalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal satu Ramadhan), dan berbukalah bila kamu melihatnya (bulan sabit tanggal 1 Syawal). Jika bulan itu tertutup atasmu, maka sempurnakanlah bilangan Syaban tiga puluh hari.'"

925. Ummu Salamah r.a. mengatakan bahwa Nabi saw meng-ila' sebagian istri beliau (dalam satu riwayat: bersumpah tidak akan mencampuri sebagian istri beliau 6/152) selama satu bulan. Ketika telah lewat dua puluh sembilan hari, beliau pergi kepada mereka pada waktu pagi atau sore. Maka, dikatakan kepada beliau, "(Wahai Nabiyyullah), sesungguhnya engkau bersumpah tidak akan memasuki (mereka) selama satu bulan?" Beliau bersabda, "Sesungguhnya satu bulan itu dua puluh sembilan hari."

PETUNJUK TEKNIS BUDIDAYA JAMUR KAYU EDIBEL

Jamur Tiram, Kuping, Shittake dan lain-lain merupakan jenis jamur kayu edibel yang sering dibudidayakan saat ini. Budidaya jamur kayu edibel sebagai penambah ekonomi keluarga dengan memanfaatkan lahan pekarangan (lahan tidak subur) dan pemanfatan tenaga keluarga sebagai (tidak langsung) pekerja. Lain dari itu jamur berfungsi sebagai individu pendaur ulang limbah serbuk kayu gergajian (selanjutnya disebut serbuk kayu) atau semua bahan limbah yang masih mengandung senyawa lignoselulotik seperti kulit kacang tanah, sepah tebu, jerami, seresah daun, tongkol jagung, buangan dahan atau pohon yang telah mati di hutan dan lain-lain.
Di Indonesia sumber tenaga kerja, sumber daya alam (pekarangan) di pedesaan dan limbah ligno-selulotik tersedia dalam jumlah yang cukup. Lain dari itu secara topografi Indonesia memiliki banyak dataran tinggi yang mempunyai kelembaban udara yang tinggi dengan temperatur udara yang rendah. Keadaan yang demikian ditambah dengan adanya 2 musim (musim panas dan hujan) tanpa disertai musim salju seperti halnya di negara 4 musim sehingga memberikan kesempatan yang amat baik bagi semua masyarakat Indonesia untuk melakukan budidaya jamur sepanjang tahun.

Beberapa hal penting dalam budidaya jamur kayu edibel, yaitu:
1.        Syarat Tumbuh
Jamur kayu biasanya menghendaki temperatur lingkungan berkisar antara 24o - 26oC dengan  kelembaban udara berkisar RH 80-90%. Untuk itu ketinggian tempat berkisar antara 600-1000 meter dari permukaan laut atau lebih. Lain dari itu kecepatan angin rata-rata harus relatif lambat, karena ini akan berpengaruh langsung terhadap penurunan kelembaban di tempat itu.

2.        Bibit Jamur
Bibit jamur kayu yang akan dibudidayakan sebaiknya diperoleh dari perusahaan yang memang mengembangkan jamur kayu edibel. Ini untuk menghindari bibit yang meragukan, terutama karena ada jenis jamur yang beracun. Biasanya bibit yang diinokulasikan ke polybag ada dalam tahap F3.

a.      Tata Cara Pembuatan Bibit F1, F2, dan F3
            Untuk membuat bibit F1 diperlukan media Potato Dextrose Agar (PDA) atau Potato Dextrose Yeast Agar (PYDA).
Komposisi PDA saebagai berikut:
300 g kentang; 20 – 30g Dextrose atau dapat diganti dengan gula pasir; Agar serbuk tanpa warna sebanyak 12g atau 1,5 batang agar.

Cara Pembuatan PDA
300g kentang dikupas kulit dan potong kecil, antara 0,5 – 1 cm2 direbus dalam air 1 liter (untuk ini volume air jangan berkurang). Perebusan dilakukan sampai kentang menjadi lunak. Selanjutnya, saring air kentang ditambah agar dan gula, kemudian panaskan lagi hingga agar benar-benar larut. Kini isi PDA tadi kedalam botol bekas saos kira-kira 30 ml atau tabung reaksi kira-kira 5 ml. Tutup dengan kapas atau sumbat karet lalu disterilisasi menggunakan autoklaf.

Penggunaan Autoklaf
Autoklaf sebenarnya kukusan tetapi bertekanan dan dilengkapi dengan manometer (untuk mengetahui besar tekanan uap air di dalamnya). Selain itu disertai dua buah klep (valve). Satu klep berfungsi sebagai safety valve/klep pengaman (supaya tidak meledak bila pemakai lengah sehingga tekanan melebihi batas yang telah diatur/diinginkan sesuai kemampuan alai ini) dan satu lagi berfungsi untuk exhaust valve/pengeluaran.
Seperti halnya kukusan, autoklaf harus diisi air sampai batas tertentu kemudian media yang akan disterilkan dimasukkan ke dalamnya. Jika jarum penunjuk manometer mencapai angka 1,5 bar atau 1,4 kg/cm2; atau 15 psi atau 15 lbs (pounds), kini mulai menghitung waktu sterilisasi. Bila isi botol atau tabung reaksi yang disterilisasi itu media PDA, maka waktu sterilisasi cukup 25 – 30 menit. Bila isi botol yang disterilisasi berupa bibit F2, yaitu serbuk kayu, maka waktu sterilisasi ditambah hingga 35 – 40 menit. Setelah waktu tersebut, api/kompor dimatikan.
Walaupun api/kompor sudah dimatikan, jangan terburu-buru membuka tutup autoklaf. Tunggu sampai jarum manometer menunjukkan angka dibawah 0,5 bar atau 0,5 psi baru klep pengeluaran dibuka. Bila jarum manometer menunjukkan angka NOL klep pengeluaran dibuka dan baru sekrup penutup autoklaf dibuka.
Selanjutnya tabung reaksi/botol yang berisi media PDA segera dimiringkan supaya media tersebut membeku dalam posisi miring. Kini media PDA untuk F1 siap untuk digunakan.

Membuat bibit F1
Untuk membuat bibit F1 perlu membuat cetakan spora (spore print). Jamur yang cukup tua diletakkan diatas kertas atau plastik yang telah diolesi media. Spora yang jatuh ke permukaan media diatas kertas/plastik tersebut akan membuat cetakan spora (mirip sidik jari). Jika spora sudah disterilisasi dapat ditanam pada media PDA sehingga tumbuh miselium. Ini artinya bibit F1 sudah tersedia.
Membuat bibit F2 dan F3
Media untuk bibit F2, F3, dan polybag sama, yaitu terdiri dari serbuk kayu gergajian 80%; bekatul 20%; CaCO3 1%; RH 60 – 65%, Ph 6,8-7,2 (diatur dengan CaCO3 atau CaO). Campuran ini diatur kelembabannya berkisar antara 60-65%, yaitu dengan penambahan air. Walaupun demikian ada juga yang menambah campuran tadi dengan bahan lain seperti ure, KH2PO4, dan lain-lain.
Proses sterilisasinya sama dengan sterilisasi F1, yaitu menggunakan autoklaf hanya saja waktu sterilisasinya perlu ditambah  5 – 10 menit karena serbuk kayu bersifat isolator (jadi tidak mudah untuk menyalurkan panas). Biasanya bibit F1 yang diinokulasikan/dimasukkan untuk starter F2 tidak banyak, yaitu sekitar 1 cm2. Bila inokulasi ini berhasil, maka dalam 2 minngu seluruh permukaan media F2 dalam botol bekas saos akan dipenuhi miselium. Kalau keadaan bibit F2 sudah benar-benarpenuh miselium, maka tiba saatnya untuk membuat bibit F3.
Media bibit F3 komposisinya sama dengan F2. Sekitar 1 sendok teh F2 diinokulasikan ke media F3 secara aseptik. Bila dalam dua minggu miselium sudah memenuhi seluruh permukaan media bibit F3, maka saatnya dilakukan inokulasi ke dalam polybag.
Untuk polybag dengan berat sekitar 1 kg dan ukuran kanting plastik 28 x 15 cm, memerlukan waktu 1-2 bulan untuk siap bereproduksi tetapi waktu ini sangat bergantung pada jenis dan keadaan lingkungan. Kesiapan untuk bereproduksi ditunjukkan dengan penuhnya miselium di seluruh permukaan polybag.
Perlu diingat, bahwa kantong plastik yang digunakan untuk mengemas media dalam polybag (juga disebut dengan nama baglog) terbuat dari plastik jenis Poly Propilene (PP) dengan ketebalan # 0,05 mm atau lebih. Jika sterilisasi polybag yang dibuat mempunyai volume atau berat polybag lebih berat dari 1 kg, maka waktu sterilisasi harus diperpanjang. Untuk skala industri rumah tangga, biasanya digunakan drum bekas oli. Dengan alat sterilisasi seperti ini sterilisasi polybag harus menggunakan waktu yang lebih lama, biasanya sekitar 5 – 8 jam dalam keadaan mendidih. Sebab itu waktu dilakukan sterilisasiair di dalam drum jangan sampai habis karena plastik dan serbuk kayu akan terbakar. Jika kompor/api sudah dimatikan jangan terburu-buru mengeluarkan polybag, melainkan biarkan dulu sampai temperatur agak turun (hangat).

3.    Penanaman Bibit Untuk Memperoleh Tubuh Buah
        Setiap polybag diisi kira-kira sebarat 1,0 kg dan selanjutnya polybag diberi cincin plastik (ring), atau potongan pipa PVC atau potongan ujung bambu dipasang di “mulut” polybag dan ditutup kapas berlemak. Pengisian bibit sebaiknya dilakukan di dalam kondisi aseptik (kalau mungkin ruang disterilisasi menggunakan lampu Ultra Violet Germicides). Tata cara aseptik perlu dilakukan sebaik-baiknya, artinya: tangan dan semua peralatan seperti meja, pinset, termasuk permukaan dan tutup botol dan polybag disucihamakan dengan dilap menggunakan alkohol 90% atau spiritus atau kreolin atau lisol.
        Media tanam yang sudah diisi dengan bibit ini sementara diinkubasi dalam ruang tertentu yang hangat untuk menumbuhkan miselium. Bila faktor kelembaban dan temperatur lingkungan sesuai, maka dalam waktu sekitar 1,5 – 2 bulan miselium akan memenuhi media dalam polybag tersebut. Bila media tanam dalam polybag sudah dipenuhi miselium, maka polybag yang berisi media tersebut dipindahkan ke kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah.

4.    Budidaya untuk produksi tubuh buah
    Kumbung produksi sebaiknya tidak dibangun berdekatan dengan kandang hewan. Kumbung produksi harus memenuhi beberapa ketentuan seperti faktor temperatur, kelembaban, cahaya, dan lain-lain. Untuk memperbaiki kelembaban di dalam kumbung produksi, semua bagian dalam dinding dan atap harus dilapisi dengan plastik. Walaupun demikian jendela harus tetap ada terutama di bagian atas dan dasar sekeliling dinding. Adanya jendela ini akan berperan secara langsung terhadap temperatur dan kelembaban di dalam kumbung. Selain itu dengan adanya jendela yang dibuka pada malam hari tetapi semua jendela ditutup waktu siang akan membantu proses perkawinan miselium sehingga membentuk tubuh buah. Fluktuasi temperatur antara siang dan malam akan mempengaruhi terbentuknya tubuh buah. Selain itu sebelum polybag disusun dalam kumbung produksi untuk menumbuhkan tubuh buah, maka kumbung perlu difumigasi dengan uap formalin ditambah KmnO4 (kalium permanganat), atau pestisida lainnya. Lantai kumbung mulai ditaburi kapur dan penaburan kapur ini diulang setiap bulan. Sebab itu sebaiknya lantai kumbung terbuat dari batu bata yang ditata sedemikian rupa tanpa disemen. Ini akan membantu pengaturan kelembaban udara dalam kumbung.

Jamur Tiram
a.    Jamur Tiram Putih
                           Untuk Tiram Putih, polybag disusun vertikal pada rak bambu atau kayu.
      Setelah miselium memenuhi seluruh permukaan polybag, umumnya akan ada tubuh buah yang “nyelonong” melalui kapas penutp polybag. Selanjutnya plastik polybag dibawah ring dipotong melingkar sehingga permukaan media terbuka. Nantinya tubuh buah jamur tiram putih akan bermunculan dari bagian yang terbuka ini.
     Untuk memanen tubuh buah jamur tiram putih cukup dicabut saja dari media dan bagian pangkal tubuh buah (bungkil) dipotong.

b.    Jamur Tiram Coklat
           Seperti halnya jamur tiram putih, bila sudah waktunya bereproduksi, biasanya akan ada tubuh buah yang “nyelonong”. Ini pertanda, bahwa produksi akan segera mulai. Khusus ini jamur tiram coklat plastik tidak perlu dipotong dan ring tidak dilepas!
     Disini ring berfungsi sebagai penyangga sehingga tubuh buah jamur tidak mudah rontok. Proses pemanenan sama dengan jamur tiram putih.

c.    Jamur Kuping
Pemindahan dan penyusunan polybag jamur kuping ke dalam kumbung produksi dilakukan bila miselium sudah tumbuh hingga 2/3 panjang polybag. Bila polybag sudah tersusun rapi, maka plastik di dekat ring di ‘silet’ seperti tanda silang (X) dengan ukuran 0,5 x 0,5 cm. Sejak dilakukan penyiletandi dekat ring, maka penyemprotan (gunakan sprayer) boleh diarahkan langsung mengenai polybag (untuk Jamur Kuping dan Tiram) dilakukan 1-3 kali sehari di musim kemarau. Di musim hujan cukup sekali sehari. Penyemprotan ini disesuaikan dengan kebutuhan kelembaban, temperatur, dan akan kebih baik, bila penyemprotan diarahkan ke lantai. Setelah 5 – 7 hari penyiletan plastik polybag, maka tunas tubuh buah mulai muncul. Jika bagian tepi jamur kuping sudah menipis, maka pemanenan dapat dilakukan dengan mencabutnya. Bagian pangkal dipotong seperti jamur tiram.
Untuk jamur tram maupun jamur kuping dapat langsung dipasarkan atau dikonsumsi (dimasak). Khusus jamur kuping banyak dilakukan pengeringan dengan jalan mencucinya lebih dulu kemudian dijemur selama 3 – 4 hari (bila cuaca cerah).
Pencucian dan penjemuran yang baik akan menghasilkan permukaan jamur kuping yang berwarna hitam itu mengkilap.

d.   Jamur Shittake
Polybag jamur Shittake umumnya diletakkan vertikal seperti pada jamur tiram putih. Bila seluruh permukaan sudah coklat tua akan diikuti dengan timbulnya benjolan-benjolan seperti bisul. Kini tiba saatnya untuk melepas ring tanpa membuang kapas penutup polybag. Setelah 3 – 4 hari kapas dibuang dan dibiarkan lagi 1 – 2 hari. Selanjutnya plastik di permukaan atas sekeliling bekas tempat ring dipotong dan media yang sebagian plastiknya terbuka, kemudian dibalik tetapi tetap letakkan di rak bambu/kayu. Penyiraman dengan cara penyemprotan air selama polybag dibalik boleh dikenakan ke permukaan polybag. Ini dilakukan satu kali dalam sehari saja selebihnya diarahkan ke lantai kumbung. Setelah 4 – 5 hari dibalik, kini polybag dibalik lagi seperti semula tetapi pembalikan ini disertai kejutan mekanik dengan jalan menepuk/mengetuk bagian dasar polybag. Kini penyemprotan hanya ditujukan ke permukaan lantai. Bila tubuh buah sudah muncul, pemanenan biasanya dilakukan sebelum “payung” mekar penuh (unpeel). Pemanenan dilakukan dengan cara memotong pangkal tangkai tubuh buah dekat media tanam (tidak dicabut seperti jamur tiram atau jamur kuping). Umumnya tangkai dipotong pendek dekat payung. Potongan tangkai ini di pasaran disebut kaki jamur. Baik payung dan kaki jamur dapat dijual segar maupun dikeringkan.
5.    Pembuatan LOGWOODS
Sesuai melalui pembuatan bag logs budidaya jamur dapat juga dilakukan dengan cara membuat log wood. Teknik ini sebenarnya lebih menguntungkan karena yang digunakan sebagai media ialah batng kayu yang sudah lama mati dan tidak memerlukan proses sterilisasi media seperti pada pembuatan bag log. Di sini faktor yang terpenting, ialah atap (peneduh) dan penyiraman yang baik. Untuk mengurangi faktor angin yang ikut mengurangi produksi dapat diatasi dengan menanam pohon pelindung seperti bambu di sekitar “kumbung”.
6.    Kontaminasi pada polybag
                           Kontaminasi pada media dalam dalam polybag akan menyebabkan terhentinya pertumbuhan dan perkembangan miselium. Biasanya ditunjukkan dengan timbulnya warna hitam, kuning, nila atau hijau pada media di dalam polybag sehingga tubuh buah tidak mungkin keluar dari bagian ini.
                          Ada beberapa sumber yang menyebabkan terjadinya kontaminasi, antara lain:
a.    Proses sterilisasi media dalam polybag yang tidak sempurna.
b.    Saat mengisi bibit F3 tidak aseptik.
c.    Plastik polybag yang cacat/berlubang sehingga spora jamur, miko atau bakteri, bahkan kutu dapat menyelundup masuk ke media.
d.   Kontaminasi pada kapas penutup polybag berada di dalam kumbung inkubasi. Oleh sebab itu seringkali saat polybag diinkubasi perlu disemprot dengan campuran kreolin (sabun ditambah dengan fenol kristal) atau disemprot dengan perasan kunyit.
e.    Kualitas/kebersihan air untuk penyiraman di dalam kumbung produksi perlu diperhatikan.

7.    Upaya mengatasi hama
Untuk mengatasi hama yang muncul jangan sekali-kali menggunakan fungisida atau insektisida sintetik karena akan meninggalkan residu kimia yang dapat menurunkan produksi dan berbahaya bagi kesehatan konsumen. Sebagai jalan keluar ialah menjaga kebersihan lingkungan, baik diluar kumbung maupun di dalam kumbung. Insektisida alami (nabati) banyak yang efektif untuk memberantas hama. Misalnya, perasan daun/biji pohon nimba (Azadirachta indica); daun pegagan (Centella asiatica); daun tembakau (Nicotina tabaccum); umbi gadung (Dioscorea sp) an lain-lain.
Hama yang banyak dijumpai dalam memproduksi jamur, antara lain:
a.    Hama penggerek berupa ulat yang nantinya akan bermetemorfosa menjadi lalat atau sejenis kutu (Jawa: kepik berwarna hitam).
b.    Siput tanpa cangkang.
c.    Ulat Kilan (Jawa: ular gagak) berwarna hitam, jika berjalan tubuhnya membentuk huruf U terbalik.
d.   Sejenis lalat buah yang berwarna hitam.
e.    Tikus, reyap, dll.

Pemberian kapur di bagian luar dinding kumbung dan lantai di dalam kumbung amat membantu mempertahankan sanitasi kumbung produksi. Untuk mencegah rayap, maka kayu atau bambu sebagai bahan bangunan kumbung perlu diolesi oli bekas (boleh dicampur minyak tanah). Masalahnya media di dalam polybag juga berupa kayu yang amat disukai rayap. Pada kaki rak bambu/kayu akan lebih baik kalau dililit dengan sedikit kain bekas yang diberi oli dan minyak tanah.
8.    Jamur Beracun
           Teknik mendeteksi toad tools (JAMUR YANG DIDUGA BERACUN) dengan analisis kimia mengandung:
a.    Warna tudung/payung mencolok.
b.    Senyawa Cholin.
c.    Senya Mustardin.
d.   Tumbuh di tempat kotor.
e.    Berbau H2S (telur busuk).
f.     Berbau CH3 (seperti gas elpiji).
g.    Jika dimasak berubah warna, jika demikian JANGAN dimakan !!!
h.    Jika jamur beracun dimasak kemudian ditempelkan pada nasi putih, akan mengubah warna nasi putih tadi. Jika ditempelkan ke perak akan mengubah warna perak menjadi hitam.
i.      Umumnya jamur yang tumbuh dari permukaan tanah 95% mengandung racun.
j.      Pada stipe (tangkai tubuh buah) terdapat cincin kecuali jamur merang.

     

Tinggal Kenangan

Intro (Em  C  D  A)
(Em  C  Bm  G  A)

Saat terindah dalam hidupku
yang tlah ku lalui bersamamu
Semua tersimpan dalam lubuk hatiku
dan fikiranku
          Semua kenangan indah saat kita bersama
          tak kan pernah terlupa
          walau tinggal kenangan
dirmu yang ku cintai
kini tlah pergi jauh dariku
namun ku kan slalu menjaga cintamu
dalam hatiku
         
**
(Em  C  D  A)
          biarkanku ada untuk slalu
          bersama dirimu
          dan biarkanku ada untuk tetap
          menjaga setiap rasa cintamu
          tak kan pernah ku lepaskan
          semua impian tentang dirimu
          tak kan pernah ku lupakan
          walau semua ini tinggal kenangan
semua tinggal kenangan
semua tinggal impian

tuk lagi bersamamu

Tumbuhan lumut


            Tumbuhan lumut merupakan sekumpulan tumbuhan kecil yang termasuk dalam divisio Bryophyta (dari bahasa Yunani bryum, "lumut").
            Tumbuhan ini sudah menunjukkan diferensiasi tegas antara organ penyerap hara dan organ fotosintetik namun belum memiliki akar dan daun sejati. Kelompok tumbuhan ini juga belum memiliki pembuluh sejati. Alih-alih akar, organ penyerap haranya adalah rizoid (harafiah: "serupa akar"). Daun tumbuhan lumut dapat berfotosintesis. Tumbuhan lumut merupakan tumbuhan pelopor, yang tumbuh di suatu tempat sebelum tumbuhan lain mampu tumbuh. Ini terjadi karena tumbuhan lumut berukuran kecil tetapi membentuk koloni yang dapat menjangkau area yang luas. Jaringan tumbuhan yang mati menjadi sumber hara bagi tumbuhan lumut lain dan tumbuhan yang lainnya.
            Dalam bahasa sehari-hari, istilah "lumut" dapat merujuk pada beberapa divisio. Klasifikasi lama pun menggabungkan pula lumut hati dan lumut tanduk ke dalam Bryophyta, sehingga di dalam Bryophyta terangkum lumut tanduk, lumut hati, dan lumut sejati (Musci). Namun, perkembangan dalam taksonomi tumbuhan menunjukkan bahwa penggabungan ini parafiletik, sehingga diputuskan untuk memisahkan lumut hati dan lumut tanduk ke luar dari Bryophyta. Di dunia terdapat sekitar 4.000 spesies tumbuhan lumut (termasuk lumut hati), 3.000 di antaranya tumbuh di Indonesia[1]. Kebun Raya Cibodas di Jawa Barat memiliki "taman lumut" yang mengoleksi berbagai tumbuhan lumut dan lumut hati dari berbagai wilayah di Indonesia dan dunia.

LUMUT HATI

            Tubuhnya terbagi menjadi dua lobus sehingga tampak seperti lobus pada hati. Siklus hidup lumut ini mirip dengan lumut daun. Didalam spongaria terdapat sel yang berbentuk gulungan disebut alatera. Elatera akan terlepas saat kapsul terbuka , sehingga membantu memencarkan spora. Lumut ini juga dapat melakukan reproduksi dengan cara aseksual dengan sel yang disebut gemma, yang merupakan struktur seperti mangkok dipermukaan gametofit. Contoh lumut hati adalah Marchantia polymorpha dan porella. Marchantiophyta (Hepaticophyta) atau lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. lumut hati banyak ditemukan menempel di bebatuan, tanah, atau dinding tua yang lembab. Bentuk tubuhnya berupa lembaran mirip bentuk hati dan banyak lekukan. Tubuhnya memiliki struktur yang menyerupai akar, batang, dan daun. Hal ini menyebabkan banyak yang menganggap kelompok lumut hati merupakan kelompok peralihan dari tumbuhan Thallophyta menuju Cormophyta. Lumut hati beranggota lebih dari 6000 spesies. Lumut hati tubuhnya berbentuk lembaran, menempel di atas permukaan tanah, pohon atau tebing. Terdapat rizoid berfungsi untuk menempel dan menyerap zat-zat makanan. Tidak memiliki batang dan daun. Reproduksi secara vegetatif dengan membentuk gemma (kuncup), secara generatif dengan membentuk gamet jantan dan betina. Contohnya: Ricciocarpus, Marchantia dan lunularia.
           

Kebanyakan lumut hati hidup di tempat-tempat yang basah, oleh sebab itu tubuhnya mempunyai struktur yang higromorf. Bentuk lain jarang ditemukan, meskipun ada pula yang terdapat pada tempat-tempat yang amat kering, misalnya pada kulit-kulit pohon, di atas tanah atau batu cadas, sehingga tubuhnya perlu mempunyai stuktur yang xeromorf. Dalam tubuh terdapat alat penyimpan air, atau dapat menjadi kering tanpa mengakibatkan kematiannya. Yang bersifat epifit ada yang dapat hidup pada daun pohon-pohon dalam rimba daerah tropika, dan karena hidupnya di atas daun itu lumut tadi merupakan suatu bentuk ekologi yang khusus yang dinamakan epifit.
            Pada umumnya asosiasi tumbuhan kriptogam, lumut hati tidak mengambil peranan yang penting.Diantara lumut hati ada yang tidak mempunyai klorofil, yaitu yang tergolong dalam marga cryptothallus dan hidup sebagai saprofit. Protonema lumut hati kebanyakan hanya berkembang menjadi suatu buluh yang pendek. Sebagian besar lumut hati mempunyai sel-sel yang mengandung minyak. Minyak itu terdapat dalam bentuk yang spesifik, kebanyakan berupa kumpulan tetes-tetes minyak atsiri. Dalam bentuk demikian minyak tadi tidak dapat ditemukan pada tumbuhan lain.
            Sampai saat ini sudah di kenal sebanyak 8000 spesies. Kebanyakan tumbuhan ini hidup pada lingkungan yang lembab, bentunya tidak menarik kecuali dalam masa, jika tampak biasanya di kacaukan dengan lumut sejati karena keduanya miri sekali. Tumbuhan merayap pada permukaan tanah, pepagan pohon, bebatuan lembab, atau pada kayu busuk.sebagian besar dari tumbuhan ini adalah tumbuhan darat, beberapa spesies hidup di air sebagai akuatik skunder, artinya mereka itu tumbuhan darat itu yang teradaptasi kembali terhadap lingkungan air nenek moyangnya.
            Berdasarkan bentuk talusnya, lumut hati di bagi menjadi  dua kelompok yaitu: lumut hati bertalus dan lumut hati berdaun. Pada kedua kelompok tumbuhan tersebut tubuhnya berbentuk dorsiventral, yakni tubuh bagian atas bagian atas di sebut dorsal dan bagian bawah di sebut ventral. Organ seksual tumbuh terjadi di permukaan bagian dorsal. Tubuh tumuhan ini menutupi tanah, berpaut pada tanah dengan rizoid yang berbentuk benang. Rizoid itu semacam rambut akar, pada tumbuhan tinggi tetapi berlawanan denganya, biasanya tumbuh pada generasi gametofit.
            Tubuh tumbuhan kelompok pertama(lumut hati bertalus) menujukan cirri-ciri tertentu yang berkembang secara perlahan dari tumbuhan darat tanpa pembuluh yang tidak di miliki oleh tumbuhan yang tidak dimiliki oleh nenek moyangnya yang hidup di air. Di antaranya adalah rizoid dan bagian lain yang beradaptasi terhadap daratan, sepertihalnya adanya jaringan kutikula yang menutup lapisan epidermis, dan spora berdinding tebal yang di sesuaikan  dengan penyebaran melalui udara.
a.       Lumut Hati Berdaun
            Kelompok tumbuhan yang terbesar ini diantara lumut hati kadang-kadang disebut juga lumut sisik. Umumnya tumbuh subur pada balok-balok kayu, tanah lembab atau t7umbuh sebagai epifit pada batang atau cabang pohon. Contoh dari kelompok ini adalah Porella.  Tubuh tumbuhan ini khas dorsiventral, dan tersusun dari suatu sumbu dengan bentuk-bentuk seperti pada daun. Tidak ada atau sedikit saja diferensiasi internal dalam jaringannya. Struktur yang seperti daun itu tumbuh lateral pada kedua sisi sumbu. Dunia lateral kadang-kadang terbagi menjadi dua bagian.
            Daun tingkat ketiga muncul dari permukaan ventral. Terkadang-kadang lumut hati berdaun dikeluarkan dengan lumut sejati, tetapi dapat diperbedakan jika diperhatikan struktu vegetativnya secara berhati-hati. Lumut sejati bentuknya simetri radial, artinya daun-daunnya melekat sekeliling batang, berlawanan dengan lumut hati yang telah dujelaskan di atas. Selain itu, lumut sejati mempunyai tulang tengah yang tidak terdapat pada lumut hati.
            Organ seksual macam lumut ini tumbuh pada generasi gametifit. Anterida tumbuh pada ketiak daun dan arkegonia tumbuh di ujung, pada apeks pucuk utama atau cabang-cabangnya. Sporofit dilengkapi dengan kaki, tangkai, dan kapsul, yang membuka dengan empat katup.

B. Marchantia
            Struktur talus kelompok ini lebih komplrks dibandingkan dengan Riciciocarpus. Talusnya (gametofit) lebih terspesialisasi, dan organ seksual betina pada banyak spesies muncul di atas talus yang bertangkai yang disebut reseptakel. Juga anteridia terdapat pada dasar buah yang bertangkai. Marchantia polymorpha adalah suatu tumbuhan yang tersebar luas pada ngarai yang lembab dan ternaung. Beberapa hasil pengamatan menyatakan bahwa tumbuhan ini sering tumbuh di daerah-daerah rusak akibat terbakar, terutama di daerah yang lembab. Dalam keadaan demikian tumbuhan itu dapat berkembang dengan subur menjadi hamparan padat selama bertahun-tahun, secara berangsur digantikan oleh lumut, rumput, dan semaiaan tumbuhan berkayu. Dalam kondisi seperti itu, talus tumbuhan ini menyebar berbentuk pita di atas permukaan tanah dan didukung dengan banyak sekali rizoid. Permukaan talusnya terdiri dari lempengan yang berbentuk intan, yang menunjukan posisi ruang-ruang udara internal. Suatu irisan melalui talus menunjukan ruang udara di bagian atas yang dilindungi epidermis. Setiap ruang berhubungan dengan udara luar melalui pori yang menyerupai cerobong, analog dengan stoma. Dari dasar ruang udara ini muncul rantai-rantai sel yang berisikan banyak sekali kloroplas. Bagian pangkal talusnya terdiri dari sel-sel memadat yang biasanya mengandung butir-butir pati.
            Reproduksi seksual pada Marchantia melibatkan dua jenis tumbuhan, yaitu tumbuhan jantan, yang mengandung reseptakel anteridium dan tumbuhan betina yang mengandung reseptakel arkegonium. Tangkai yang mendukung dasar bunga (reseptakel) itu tumbuh pada cabang vertical talusnya. Dasar bunga betina agak melebar dan berbentuk payung, dengan cuping yang berbentuk jari, biasanya jumlahnya Sembilan dan sekitar pinggirannya. Arkegonia tumbuh pada alur-alur diantara cuping-cuping dengan leher menekuk kebawah. Dasar bunga jantan bentuknya seperti cakram, dengan tepi-tepi berbentuk cangkang remis. Anteridia terpancang pada permukaan atas. Penyerbukan berlangsung sebelum terjadinya pemanjangan tangkai dasar bunga. Anteridia merekah di ujungnya, dan sperma melepaskan diri dengan bantuan air hujan kea rah arkegonia yang dekat tumbuhan tersebut. Penyerbukan selanjutnya berlangsung seperti pada Ricciocarpus.
            Generasi sporofit dimulai dari telur yang sudah dibuahi, kemudian tangkai dasar bunga bertambah panjang. Zigot membagi-bagi diri secara berulang-ulang membentuk janin yang multiselular di dalam arkegonium, yang membesar dengan pertumbuhan janin. Selama perkembangan janin, kelubung yang berbentuk tabung tumbuh dari dasar setiap arkegonium dan mengelilingi janinnya. Sehelai jaringan juga tumbuh arah ke bawah pada setiap sisi barisan arkegonium.
            Pada mulanya, janin berbentuk bola tetapi segera bagian pangkalnya, kaki, tumbuh ke dalam jaringan reseptakel dan berfungsi sebagai organ untuk absorpsi. Bagian terbesar dari janin membentuk kapsul yang dipisahkan dari bagian kaki oleh zona yang terdiri dari sel-sel yang disebut tangkai. Kapsul berisi sel-sel induk spora yang berkelompok menjadi alur secara vertikal, dan menjadi elater, yaitu benang-benang memanjang dengan dinding dalam terpilin. Setelah meiosis dan terbentuknya tetrad spora, tangkainya memanjang, arkegonium yang melebar jadi pecah, dan kapsul terdorong ke bawah. Kapsul lalu mongering dan terbuka menyebarkan massa spora seperti kapas dengan pertolongan angin. Lepasnya spora dari kapsul dibantui oleh elater, yang sifatnya higroskopik. Akibat mengeringnya kapsul, elater menggulung, menjadi kering, dan mengadakan gerakan sentakan yang melemparkan spora ke udara.
            Pada tahap-tahap awal perkembangannya, generasi sporofit Marchantia seluruh hidupnya bergantung pada jaringan gametofit dalam hal nutrisinya. Meskipun demikian, lebih kemudian tangkai, dinding kapsul, elater, dan bahkan kaki sporofit menjadi hijau. Sel-sel jaringan-jaringan tersebut berisi kloroplas amat banyak dan  mampu mengadakan fotosintesis. Sebagian besar kloroplasnya mengandung butir-butir pati. Bila sporofit itu matang, kloroplas menjadi luruh.
Di samping mengadakan reproduksi seksual dengan spora, banyak di antara spesies lumut hati ini berkembang biak secara vegetative. Setelah bagian tumbuhan yang sudah tua mati pada pangkal percabangan talus, maka kedua cabang yang ada tumbuhan menjadi tumbuhan tersendiri. Pada beberapa lumut hati, terima kasih Marchantia, terdapat juga struktur khusus untuk reproduksi vegetative yang dinamakan gemma. Gemma ini tumbuh pada talus bagian atas. Pada Marchantia, kupula berbentuk mangkuk dan gemmanya sangat kecil berbentuk lensa yang menempel pada tangkai pendek di dasar kupulla. Gemma dapat terlepas bebas oleh air hujan dan dapat terbawa agak jauh dari tetuanya. Bilamana gemma melekat pada bagian pipih di tanah, maka dari bagian bawahnya keluar rizoid, lalul talus yang baru akan berkembang.
            Sebagian lumut hati yang tergolong dalam bangsa ini mempunyai susunan talus yang agak rumit. Sebagai contoh Marchantiales polymorpha. Talus seperti pita, kurang lebih 2 cm lebarnya, agak tebal, berdaging, bercabang-cabang menggarpu, dan mempunyai suatu rusuk tengah yang tidak begitu jelas menonjol. Pada sisi bawah talus terdapat selapis sel-sel yang menyerupai daun yang dinamakan sisik-sisik perut atau sisik-sisik ventral. Selain dari itu pada sisi bawah talus terdapat rizoid-rizoid, yang bersifat fototrop negatif dan dinding selnya mempunyai penebalan kedalam yang bentuknya seperti sekat-sekat yang tidak sempurna.
            Permukaan atas talus mempunyai lapisan kutikula, oleh sebab itu hampir tak mungkin dilalui oleh air. Jika dilihat dari atas, talus itu kelihatan berpetak-petak. Dibawah tiap-tiap petak didalam talus terdapat suatu ruangan udara, dan ditengah petak terdapat suatu liang udara yang menghubungkan ruangan udara dengan dunia luar. Liang udara itu berbentuk seperti tong, dan mempunyai dinding yang lebih tinggih talus untuk mencegah masuknya air. Dinding liang itu terdapat dari  empat cincin, masing-masing cincin terdiri dari empat sel. Pada marga tertentu sel-sel cincin yang paling dalam, dapat memperlihatkan gerakan menutup. Pada dasar udara terdapat sel-sel yang mengandung kloroplas dan merupakan jaringan asimilasi. Sel-sel lainnya, bahkan sel-sel epidermis pum mempunyai klorofil, tetepi tidak seberapa. Bagi dunia tumbuhan hal itu merupakan perkecualian, karena biasanya gametofit tidak mempunyai aparat asimilasi yang sedemikian sempurnanya.
            Sisa jaringan talus  berupa sel-sel yang tidak mengandung klorofil atau sangat miskin akan klorofil dan berguna sebagai tempat penimbunan zat makanan cadangan, sebagian mengandung minyak. Pada sisi bawah parekrim, tempat penimbunan makan cadangan  bahan tersebut tertutup oleh selapis sel-sel. Pada sisis atas usuk tengah, umumnya terdapat badan-badan seperti piala dengan tepi yang bergigi, yang merupakan piala eram atau keranjang eram, dengan didalamnya sejumlah kuncup-kuncuperam. Badan-badan tersebut berguna sebagai alat perkembangbiakan vegetative bagi gametofit.
            Gametangium Marchantiales didukung oleh suatu cabang talus yang tubuh bergerak. Bagian cabang talus tergulung, merupakan suatu tangkai. Didalam dukungan itu terdapat suatu saluran dengan benang-banang rizoid. Bagian atas cabanh tadi berulang-ulang mengadakan percabangan menggarpu, hingga akhirnyamembentuk suatu suatu badan seperti bintang. Tempat anteridium dan arkegonium terpisah, jadi Marchantiales berumah dua. Pendukung anteridium dinamakan anteridiofor. Pendukung arkegonium disebut arkefoniofor.
            Pendukung gametangium O menyerupai suatu cakram bertoreh delapan pada ujungnya. Pada sisi atas cakram itu terdapat ruang-ruang terbentuk botol yang bermuarah pada permukaan atas dengan sebuah liang yang kecil . ruang-ruang itu berisi anteridium dan satu sama lain terpisah oleh jaringan yang mengandung ruang-ruang udara.dengan perantara
            Anteridium pada lumut hati ini tejadi sebagai berikut. Salah satu sel pada permukaan membelah menjadi beberapa segmen dengan perantara sekat-sekat melintang .masing-masing sigmen membelah menjadi empat sel oleh sekat-sekat yang tagak lurus pada asekat-sekat yang dibuat pertama-tama. Sel-sel yang letaknya dipinggir kemudian menjadi dinding anteridium, yang letaknya dibagian dalam merupakan sel-sel spermatogen yang kemudian menghasilkan spermatozoid . jika anteridium telah masak, sel-sel dindingnya menjadi lendir dan mengembang, hingga spermatozoid- spermatozoid dapat keluar dan terkumpul dalam suatu tetes air hujan yang terdapat diatas cakram pendukung gametangium tadi.
            Pendukung gametangium ♀ terakhir dengan suatu badan berbentuk bintang. Segi-segi bintang  itu biasa berjumlah 9, tepinya melipat kebawah, sehingga sisi atas bagian yang mendukung arkegonium itu menghadap kebawah pula. Akibatnya arkegonium seakan-akan terdapat pada sisi bawah badan yang berbentuk bintang tadi. Letak arkegonium pada pendukungnya berdekatan menurut arah jari-jari.
            Tiap baris diselubungi oleh selaput yang bergigi yang dinamakan periketium. Pada pembentukan arkegonium suatu sel yang permukaan pun menjadi dua. Sel yang bawah akan menjadi tangkai dan yang atas membalah lagi membujur hingga menjadi empat sel. Tiga sel terdapat dipinggir, sedang yang satu ditengah-tengah lalu membelah lagi melintang, membentuk sel tutup dan sel dalam. Ketiga sel yang diperut dan leher arkegonium. Dari sel dalam akhirnya membentuk sel telur, sel saluran perut dan sel-sel saluran leher.
            Pembuahan berlangsung dalam cuaca hujan. Oleh percikan air hujan cairan yang mendukung spermatozoid terlempar dari anteridiofor ke arkegoniofor, sel-sel epidermis badan pendukungarkegonium mempunyai papila dan membentuk sistem kapiler pada permukaan air tersebut, yang memudahnkan  terpelincirnya spermatozoid kedalam arkegoniofor. Sel-sel epidermis badan pendukung arkegonium mempunyai papila dan membentuk suatu sistem kapilar pada permukaan alat tersebut, yang memudahkan tergelincirnya spermatozoid masuk ke dalam arkegonium. Spermatoziod itu bereaksi kemotaksis terdapat zat putih telur.
            Setelah selesai pembuahan, zigot berkembang menjadi embrio terdiri dari banyak sel, dan akhirnya merupakan suatu sporogonium bertangkai  pendek, kecil berbentuk jorong, dan berwarna hijau, seerti padaes, sel teratas hasil pembelahan zigot yang pertama, akhirnya berkembang menjadi kaki dan tangkai sporogonium. Karena ada dinding-dinding parikrinal, sel-sel dalam kapsul dapat dibedakan dalam sel-sel arkespora membelah menjadi dua sel, yang sempit (kecil) yanglainya lebar, sel anakan yang lebar itu ada yang langsung merupakan sel induk spora yang membelah lagi beberapa kali sebelum menjadi induk spora, sel yang kecil tumbuh menjadi sel-sel yang panjang berbentuk seperti serabut, berdinding lunak, tetapi mempunyai penebalan-penebalan berbentuk spiral yang dinamakan elatera.setelah kapsul spora membuka, elatera dapat bergerak dengan suatu mekanisme kohesi yang membantu pengeluaran spora dari kapsul tadi.
            Pada Marchantia kapsul spora itu mempunyai dinding yang terdiri dari selapis sel, dengan penebalan-penebalan seperti serabut. Pada ujung kapsul, dindingnya terdiri dua lapis sel. Di tempat itu kapsul pada waktu masak mulai robek, tutup terpecah, dan dinding berkerut membentuk gigi-gigi. Kapsul spora mula-mula masih diselubungi pada perkembangan sporogonium. Selain dari itu tiap kapsul juga di selubungi suatu selaput tipis yang berasal dari tangkai arkegonium. Kapsul spora marchantiales dapat menghasilkan beberapa ratus ribu spora. Spora itu jika jatuh di tempat yang cocok akan bertambah menjadi protonema yang berupa benang pendek yang mengandung klorofil, dan selanjutnya berkembang membentuk talus yang karakteristik  bagi Marchantiles tersebut.
Suku Marchantiaeceae dengan contoh-contoh:
- Marchantia polymorpha, dulu dipergunakan sebagain bahan obat obat penyakit hepar(hati). Dari sebab itu lumut ini dinamakan lumut hati,
- M. geminatai
- Reboulia hemispherica.

Suku Ricciaceae, contoh-contoh Riccia Fluitans, R. nutans, R. trichocarpa.

C. Lumut hati bertalus
            Kelompok tumbuhan ini menarik karena bentuknya bercabang-cabang. Setiap kali kali talu membagi diri, pembagianya mengarpu menjadi dua cabang yang sama atau lebih. Pertumbuhanya terjadi melalui aktifitas dari satu atau lebih sel ujung yang ada pada lekukan-lekukan talus. Talus bercabang ini bentknya serupa dengan hati mamalia, oleh karena itu dinamakan lumut hati atau hepaticeae.
            Contoh dalam kelompok ini antara lain adalah Ricciciocarpus natans biasanya tumbuh terapung di air atau pada tanah yang lembab. Berbaga spesies Riccia, yang lebih banyak cabangnya, dan biasanya membentuk raset bila tumbuh pada tanah lembab. Recciciocarpus dan Riccia yang bekerabat dekat merupakan lumut hati yang sederhana. Sifat sederhana ini agaknya kerena reduksi pada bentuk nenek moyangnya yang jauh lebih komplek dan bukan merupakan sifat primitive yang menurun.
            Setelah spora Ricciciocarpus berkecambah, terjadi perkembangan talus berbentuk hati yang lebarnya lebih kurang 1 cm. masa besar talusnya mengapung pada permukaan air kolam dan sungai kecil yang mengalir lambat. Pada bagian ventral terdapat beberapa rizoid dan banyak sekali sisik yang berwarna kecoklat-coklatan. Keduanya berfungsi untuk absorbsi air bila tumbuh di atas tanah, rizoid bertambah banyak dan jumlah sisik-sisik di permukaan dorsal talus itu terdapat pori yang terbuka dan merupakan ruang udara yang internal.
            Reproduksi tumbuhan ini di lakukan melalui fragmentasi talus dan melalui spora yang di bentuk pada proses seksual. Organ seksual pada Ricciciocarpus terdapat pada dasar alur-alur di bagian dorsal talusnya. Arkogenium yang merupakn organ betina, berbentuk botol atau labu. Dan berisi sel telur di dasarnya. Di atas sel telur terdapat semacam sumbat yang di namakan sel kanal ventral. Leher labu arkegonium berisi sederetan sel yang di namakan sel kanal leher. Anteridium bentuknya oval dengan dinding satu lapis sel. Dinding yang berbentuk pagar ini melingkupi masa sel yang amat kecil yang berkembang menjadi sperma atau sel jantan atau di sebut juga anterozoid.
            Sel telur yang sudah di buahi mengalami pembesaran dan di bungkus dengan membrane selulosa yang tipis. Hasil perkawinan, yaitu zigot, menjalani serangkaian pebelahan sel dan membentuk suatu masa sel yang bundar yang di sebut janin (embrio). Sel-el janin pada permulaanya sama,tetapi akhirnya lapisan sel yang paling luar menjadi lebih jelas di bandingkan dengan bagian yang di tutupinya. Lapisan paling luar disebut dinding kapsul. Ketika janin menjadi matang, sel-sel dalam kapsul terpisah-pisah menjadi bulat, dan berfungsi menjadi sel induk spora. Bersamaan dengan pembesaran janin, dasar arkegonium berkembang menjadi setebal dua sel.
            Setiap sel induk spora di dalam kapsul spora menjalani meiosis sehingga menjdi 4 spora. Pada Ricciciocarpus, jumlah kromosom pada sel telur yang sudah di buahi sel induk spora, dan sel-sel kapsulnya ialah delapan. Oleh karena itu jumlah n setiap spora setelah meiosis adalah empat. Pada lumut hati yang lain, umumnya ialah n=8 dan 2n=16.
            Spora yang di bentuk dari sel induk spora cenderung membentuk kumpulan yang bundar yang terdiri dari empat spora, kumpulan ini disebut tetrad. Bersamaan dengan masaknya spora, kapsul juga pecah sehingga gerakan spora menjadi lebih bebas. Akhirnya spora terlepas kerena talus membusuk, dan berkecambah pada musim yang berikutnya.
            Siklus hidup Ricciocarpus sebagaimana tampak adalah gambaran umum siklus hidup semua lumut hati dan lumut sejati. Spora, tubuh tumbuhan, organ seksual, dan gamet-gamet semuanya terdapat pada generasi gametofit atau generasi n. setelah penyerbukan dan pengandaan jumlah kromosom, tumbuhlah zigot yang terkembang menjadi kapsul yang berisi sel induk spora. Struktur ini merupakan generasi 2n. generasi gametofit pada semua lumut hati dan lumu sejati adalah autotrof. Embrio, kapsul, dan induk spora pada Ricciocarpus mengandung klorofil, tetapi tidak terbentuk pati dan tidak ada bukti bahwa buat bahan makanan di dalamnya. Perkembangan generasi sporofit bergantung pada generasi gametofit dalam hal keperluan air, dan sebagian besar, mungkin semua, bahan makanan untuk pembentukan dan pematangan spora. Pada lumut hati dan lumut daun yang lain, generasi sporofit dapat memproduksi sejumlah makanan. Oleh karena itu tidak seluuhnya bergantung pada generasi gametofit.

LUMUT TANDUK

Lumut tanduk merupakan kelompok kecil yang berkerabat dengan byophyta lainnya tetapi cukup berbeda untuk memisahkannya dalam kelas tersendiri yang mencakup kira-kira 300 spesies. Genus yang paling dikenal ialah Anthoceros, dan spesies-spesiesnya agak umum dijumpai di tepi sungai atau danau dan acapkali disepanjang selokan, tepi jalan yang basah atau lembab. Tubuh utama adalah gametofitnya yang berwarna biru gelap, berlekuk-lekuk dan bentuknya agak bulat. Sel-selnya biasanya mengandung satu kloroplas yang besar yang mencakup pirenoid, yang diduga ada persamaan dengan pirenoid algae tertentu. Sporofit biasanya kapsul berbentuk silinder yang berbentuk bulir dengan panjang beberapa sentimeter, dan kadang-kadang sampai 5-6 cm. pangkal sporofit dibentuk dengan selubung dari jaringan gametofit. Dasar kapsul meluas arah ke bawah sebagai kaki, suatu organ yang melekat dan menyerap, terbena  dalam-dalam di dalam jaringan talusnya. Dalam beberapa segi, struktur kapsul Anthoceros menyerupai kapsul lumut sejati.
Stuktur kapsul Anthoceros dalam beberapa segi menyerupai kapsul tumbuhan lumut, suatu kondisi yang dianggap sebagai suatu contoh untuk evolusi konvergen. Irisan melintang melalui kapsul menunjukan kelompok sel-sel steril, yaitu kolumnela, di tengah-tengah. Sekeliling kolumner terdapat silinder berongga yang berisi elater dan tetrad spor-spora. Kedua struktur ini secara vertical memanjang ke seluruh kapsul. Di luar ada zona sel-sel steril yang terlinung oleh epidermis diselingi oleh stomata yang sama dengan stomata pada tumbuhan berpembuluh. Adanya kloroplas dalam sel-sel daerah steril tadi menyebabkan sporofit matang hampir seluruhnya tidak bergantung pada gametofit akan bahan makanan, meskipun masih memerlukan air dan mineral dari gametofit. Bila menjadi matang, dinding kapsul membelah menjadi dua katup dan spora-spora dilepaskannya.
Setelah beberapa saat tumbuh, kapsul itu memanjang karena aktivitas daerah meristematik di dasarnya. Zona ini menghasilkan semua macam sel yang terdapat dalam kapsul matang jaringan steril dan jaringan penghasil spora. Jadi, selagi spora-spora itu menjadi masak dan ditenaskan dari bagian atas kapsul, maka spora-spora baru terus menerus dihasilkan di bawahnya. Pada beberapa spesies, kapsulnya terus tumbuh dan membentuk spora-spora baru selama gametofit itu hidup.
Bangsa ini hanya memuat beberapa marga yang biasanya dimasukan dalam satu suku saja yaitu suku Anthocerotae. Berlainan dengan golonan lumut hati lainnya, sporogonium Anthocerothales mempunyai susunan dalam yang lebih rumit.
Gametofit mempunyai talus yang berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid. Susunan talusnya masih sederhana. Sel-selnya hanya mempunyai satu kloroplas dengan satu pirenoid yang besar, hingga mengingatkan kita pada koloroplas sel-sel gangang. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup yang berbentuk ginjal. Stoma itu kemudian hampir selalu terisi dengan lender. Beberapa anterodium terkumpul dalam satu lekukan pada sisi atas talus, demikian pula arkogeniumnya. Zigo mula-mula membelah menjadi dua sel dengan satu dinding pemisah melintang. Sel yang diats terus membelah-belah dan merupakan sporogonium, yang bawah membelah-belah merupakan kaki sporogonium. Sel-sel yang mempunyai kaki sporogonium. Berbentuk sebagai rizoid, melekat pada talus gametofitnya. Bagi sporogonium, kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap (Haustorium). Sporogonium tidak bertangkai, mempunyai bentuk seperti tanduk, panjangnya 10-15 cm. jika telah masak pecah seperti buah polongan. Sepanjang poros bujurnya terdapat jaringan yang terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolume itu diselubungi oleh jaringan yang diselubungi oleh jaringan yang akan mengasilkan spora, yang disebut arkespora. Selain spora, arkespora juga menghasilkan sel-sel mandul yang dinamakan elatera. Berbeda dengan lumut hati lainnya masaknya kapsul spora pada sporogonium itu tidak bersama-sama, akan tetapi dimulai dari atas dan berturut-turut sampai pada bagian bawahnya. Dinding sporogoni yang mempunyai stomata dengan dua sel penutup dan selain itu sel-selnya mengandung koloroplas.
Anthocerothales hanya terdiri dari satu suku yaitu suku Anthocerotaceae, yang mencakup antara lain Anthoceros leavis, A. fusiformis, Notothylus valvata. Mempunyai gametofit lumut hati; perbedaannya adalah terletak pada sporofit lumut ini mempunyai kapsul memanjang yang tumbuh seperti tanduk dari gametofit, masing – masing mempunyai kloroplas tunggal yang berukuran besar, lebih besar dari kebanyakan tumbuhan lumut.Contoh lumut tanduk adalah anthoceros laevis. Hornworts adalah sekelompok bryophytes, atau non-vascular plants, yang terdiri dari divisi Anthocerotophyta. Nama umum yang merujuk kepada elongated seperti tanduk-struktur, yang merupakan sporophyte. The flattened, tanaman hijau isi hornwort adalah gametophyte tanaman. Hornworts dapat ditemukan di seluruh dunia, namun mereka cenderung hanya tumbuh di tempat-tempat yang lembab atau lembab. Beberapa jenis tumbuh dalam jumlah besar sebagai perkabungan kecil di kebun dan tanah yang diolah bidang. Besar tropis dan sub-tropis jenis Dendroceros dapat ditemukan tumbuh di kulit pohon.
Deskripsi
Tanaman isi hornwort adalah haploid gametophyte panggung. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau pita seperti thallus antara satu dan lima centimeter in diameter. Setiap sel yang berisi thallus biasanya hanya satu chloroplast per sel. Dalam sebagian besar spesies ini adalah chloroplast tergabung dengan lainnya organelles besar untuk membentuk sebuah pyrenoid bahwa kedua manufactures dan toko makanan. Fitur ini sangat luar biasa di lahan tanaman, namun umum di kalangan algae.
Banyak hornworts mengembangkan internal lendir-cavities diisi ketika kelompok sel rusak. Ini akan menyerang cavities oleh photosynthetic cyanobacteria, khususnya jenis Nostoc. Seperti koloni bakteri yang tumbuh di dalam thallus memberikan hornwort yang khusus warna biru-hijau. Ada juga mungkin kecil pores lendir di bawah dari thallus. Pores ini secara dangkal yang menyerupai stomata tanaman lainnya.
Mengklakson berbentuk sporophyte tumbuh dari sebuah archegonium tertanam mendalam di gametophyte. Hornworts sporophytes yang luar biasa dalam hal sporophyte tumbuh dari meristem dasar yang dekat, bukan dari ujung jalan lainnya tanaman dilakukan. Tidak seperti liverworts, paling benar hornworts ada stomata pada sporophyte sebagai mosses lakukan. Dengan pengecualian adalah genera Notothylas dan Megaceros, yang tidak memiliki stomata.
Bila sporophyte yang matang, ia memiliki multicellular lapisan luar, sebuah pusat batang seperti columella berjalan sampai pusat, dan lapisan jaringan di antara yang memproduksi spores dan pseudo-elaters. Yang palsu elaters yang multi-selular, tidak seperti elaters dari liverworts. Mereka memiliki spiral thickenings yang mengubah bentuk dalam menanggapi pengeringan luar, sehingga berliku-liku di dalam dan dengan demikian membantu menyebar di spores. Hornwort spores relatif besar untuk bryophytes, berukuran antara 30 dan 80 μm in diameter atau lebih. The spores are polar, biasanya berbeda dengan Y berbentuk tri-rabung bersinar di proximal permukaan, dan dengan distal ornamented permukaan dengan gundukan atau spines.
Siklus Hidup
Kehidupan yang hornwort mulai dari haploid spora. Dalam sebagian besar spesies, terdapat satu sel di dalam spora, dan lanjai perpanjangan sel ini disebut kuman tabung germinates dari proximal samping spora. Ujung kuman membagi tabung untuk membentuk sebuah octant dari sel, dan yang pertama rhizoid tumbuh sebagai perpanjangan dari kuman sel asli. The tip terus membagi sel baru, yang menghasilkan thalloid protonema. Dengan kontras, jenis keluarga Dendrocerotaceae Mei mulai memisahkan dengan spora, menjadi multicellular dan bahkan photosynthetic sebelum spura germinates. Dalam kedua kasus tersebut, protonema adalah fana tahap dalam kehidupan yang hornwort.
Dari protonema tumbuh dewasa gametophyte, yang merupakan hati dan independen dalam tahap siklus kehidupan. Tahap ini biasanya tumbuh tipis sebagai hiasan berbentuk mawar atau pita seperti thallus antara satu dan lima centimeter dalam diameter, dan beberapa lapisan dari sel-sel di ketebalan. Itu hijau atau kuning-hijau dari zat hijau dalam sel, atau hijau kebiru-biruan-bila cyanobacteria koloni yang tumbuh di dalam tanaman.
Bila gametophyte telah berkembang ke ukuran dewasa, maka yang memproduksi organ seks yang hornwort. Kebanyakan tanaman yang monoicous, organ seks dengan baik pada tanaman yang sama, namun beberapa tanaman (bahkan spesies yang sama) adalah dioicous, terpisah dengan laki-laki dan perempuan gametophytes. Perempuan yang dikenal sebagai organ archegonia (tunggal archegonium) dan laki-laki dikenal sebagai organ antheridia (tunggal antheridium). Kedua jenis organ berkembang hanya di bawah permukaan tanaman dan hanya nanti terkena oleh disintegrasi dari overlying sel.
Sperma biflagilate harus berenang dari antheridia, atau kecipratan ke archegonia. Bila ini terjadi, maka sperma dan sel telur sekering membentuk zygote, sel dari mana sporophyte tahap siklus hidup yang akan dikembangkan. Tidak seperti semua lainnya bryophytes, sel pertama dari divisi zygote adalah longitudinal. Memproduksi lebih divisi tiga daerah dasar dari sporophyte.
Di bagian bawah sporophyte (terdekat ke bagian dalam gametophyte), adalah kaki. Ini adalah bulat kelompok sel yang akan menerima gizi dari orang tua gametophyte, di mana sporophyte akan menghabiskan semua keberadaan. Di tengah-tengah sporophyte (tepat di atas kaki), merupakan meristem yang akan terus membagi dan memproduksi sel baru untuk ketiga wilayah. Ketiga wilayah ini adalah ringkas. Baik di pusat dan permukaan sel dari kapsul adalah steril, tetapi di antara mereka adalah lapisan sel yang akan membagi untuk memproduksi palsu elaters dan spores. Ini adalah dilepaskan dari kapsul ketika Splits memanjang dari ujung.
Ø      Tempat Hidup
dijumpai di tepi-tepi sungai atau danau dan seringkali disepanjang selokan, ditepi jalan yang basah atau lembab.
Ø      Susunan Tubuh
tubuh utama berupa gametofit yang mempunyai talus berbentuk cakram dengan tepi bertoreh, biasanya melekat pada tanah dengan perantara rizoid-rizoid.
Susunan tubuh talus masih sederhana, sel-selnya hanya mempunyaisatu kloroplas dengan satu pironaid besar. Pada sisi bawah talus terdapat stoma dengan dua sel penutup berbentuk ginjal.
Sporofit umumnya berupa kapsul yang berbentuk silinder dengan panjang antara 5 sampai 6 cm. pangkal sporofit dibungkus dengan selubungdari jaringan gametofit.
3. perkembangbiakan
secara seksual, dengan membentuk arteridium dan arkhegonium. Anteridium terkumpul pada suatu lekukan sisi atas talus. Arkegonium juga terkumpul pada suatu lekukjan pada sisi atas talus. Zigot mula-mulq membelah menjadi 2 sel dengan sutu dinding pisah melintang. Sel yang diatas terus membelah yang merupakan sporogonium, diikuti juga oleh sel bagian bawah yang membelah terus-menerus membentuk kaki sporogonium. Bagi sporogonium kaki itu berfungsi sebagai alat penghisap, bila sporogonium masak akan pecah seperti buah polongan, menghasilkan jaringan terdiri dari beberapa deretan sel-sel mandul yang dinamakan kolumela. Kolumela ini diselubungi oleh jaringan yang kemudian akan menghasilkan spora, yang disebut arkespora. secara aseksua,l dengan pembentukan spora.

LUMUT DAUN

Lumut sejati juga disebut dengan lumut daun atau bryopsida. Kurang lebih terdapat 12.000 jenis lumut daun yang ada di alam ini. Lumut daun dapat tumbuh di tanah-tanah gundul yang secara periodik mengalami kekeringan, di atas pasir bergerak, di antara rumput-rumput, di atas batu cadas, batang pohon, di rawa-rawa, dan sedikit yang terdapat di dalam air.

Di daerah kering, badan lumut ini dapat berbentuk seperti bantalan, sedangkan yang hidup di tanah hutan dapat berbentuk seperti lapisan permadani. Lumut di daerah lahan gambut dapat menutupi tanah sampai
beribu kilometer.
Lumut ini hampir tidak pernah mengisap air dari dalam tanah, tetapi justru banyak melindungi tanah dari penguapan air yang terlalu besar. Lumut daun merupakan tumbuhan yang berdiri tegak, kecil, dan letak daunnya tersusun teratur mengelilingi tangkainya seperti spiral. Pada tempat yang sesuai, spora akan berkecambah membentuk protonema. Protonema ini terdiri atas benang berwarna hijau, fototrof, bercabang-cabang, dan dapat dilihat dengan mata biasa karena mirip seperti hifa cendawan.
Dari protonema, muncul rizoid yang masuk ke dalam tanah. Pada keadaan cukup cahaya, protonema akan membentuk
kuncup yang dapat berkembang menjadi tumbuhan lumut. Terjadinya kuncup diawali dengan adanya tonjolan-tonjolan ke samping pada cabang protonema. Lama-kelamaan pada ujungnya akan terjadi sel berbentuk piramida yang meristematik. Jika sel piramida terputus, akan tumbuh anakan baru dari sel tersebut.
Terbentuknya banyak kuncup menyebabkan tumbuhan lumut tersusun seperti rumpun. Alat kelamin Musci terkumpul pada ujung batang atau ujung cabang dan dikelilingi oleh daun paling atas. Ada yang berumah satu dan ada yang berumah dua.
Pada Musci, kapsul sporanya memiliki kolumela yang terletak di tengah dan dikelilingi oleh ruang yang berisi spora. Pada sporogonium muda, ruang sporanya diselimuti oleh jaringan asimilasi dan dibatasi oleh epidermis dari udara luar. Kolumela inilah yang berfungsi sebagai pemberi makanan dan penyimpan air bagi spora yang baru terbentuk. Di bawah kapsul spora terdapat mulut kulit. Susunan kapsul yang telah masak sangat khusus.
Hal ini ditandai dengan mudahnya kapsul pecah sehingga spora terhambur keluar. Dengan bantuan seta, kapsul dapat terangkat sehingga spora yang terhambur mudah tertiup angin. Perkembangan embrio lebih cepat dari perkembangan dinding sel arkegonium sehingga embrio bertambah panjang dan menyebabkan robeknya dinding arkegonium. Bagian atas yang tetap menyelubungi kapsul spora disebut kaliptra dan bagian bawahnya sebagai sarung pada pangkal seta yang
disebut vaginula.
Contoh Musci adalah Andreaea petrophila, A. rupestris, Sphagnum fimbriatum, S. squarrosum, S. acutifolium, Polytrichum commune, Hypnodendron reinwardtii, Mniodendron divaricatum, Pogonatum cirrhatum, dan Georgia pellucida.